Kamis 28 May 2020 13:24 WIB

Ilmuwan Buat Simulasi Asteroid Jatuh Picu Dinosaurus Punah

Asteroid yang memicu kepunahan dinosaurus diduga jatuh dalam sudut 45-60 derajat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Asteroid/ilustrasi
Foto: EPA
Asteroid/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --Ilmuwan mengungkap kemungkinan cara astreroid menghantam Bumi hingga memunahkan dinosaurus. Temuan yang diterbitkan dalam makalah baru pada hari Selasa (26/5) di Nature Communications, menunjukkan bahwa asteroid pembunuh dinosaurus itu berasal dari timur laut dengan sudut antara 45 dan 60 derajat.

Menurut simulasi komputer, ketika asteroid yang memusnahkan dinosaurus menghantam Bumi, asteroid menyerang pada sudut yang memaksimalkan potensi destruktifnya,  Gareth Collins, ahli geofisika dari Imperial College London dan peneliti utama proyek, menggambarkannya sebagai skenario terburukyang terjadi 66 juta tahun lalu.

Baca Juga

"Serangan asteroid melepaskan sejumlah besar gas yang mengubah iklim ke atmosfer, memicu serangkaian peristiwa yang menyebabkan kepunahan dinosaurus," katanya dilansir di Gizmodo, Kamis (28/5).

"Ini kemungkinan diperburuk oleh fakta bahwa asteroid jatuh pada salah satu sudut yang paling mematikan," tambahnya.

Dampaknya keluaran karbon dioksida, uap air, dan belerang yang berlebihan ke atmosfer. Ini menyebabkan musim dingin yang memusnahkan 75 persen semua kehidupan di Bumi, termasuk semua dinosaurus non-unggas.

Sisa-sisa yang terkubur dari peristiwa ini, kawah tumbukan Chicxulub, terletak di Semenanjung Yucatan Meksiko dan memiliki lebar sekitar 240 kilometer.

Para ilmuwan telah berjuang untuk menentukan arah masuk yang tepat dan sudut dampak asteroid. Kesenjangan dalam pengetahuan ini mendorong Collins dan rekan-rekannya untuk melakukan simulasi komputer terperinci dari peristiwa bencana alam tersebut sejak saat terjadinya benturan hingga pembentukan kawah Chicxulub.

Para penulis juga merujuk bukti geofisika yang sudah ada sebelumnya dan baru tentang kawah Chicxulub, yang terkubur sekitar 1 kilometer di bawah batuan sedimen. Mereka juga menganalisis bebatuan yang baru-baru ini dibor dari kawah.

Simulasi memberikan kecocokan terbaik antara 45 dan 60 derajat, dengan asteroid datang dari timur laut. Ini terbukti sebagai sudut yang menghancurkan kehidupan di Bumi. Ini melepaskan lebih banyak gas yang mempengaruhi iklim ke atmosfer Bumi dibandingkan dengan skenario lain yang dipertimbangkan oleh simulasi.

"Kita tahu bahwa ini adalah salah satu skenario terburuk untuk dampak mematikan, karena itu menempatkan puing-puing yang lebih berbahaya ke atmosfer atas dan tersebar di mana-mana, hal yang menyebabkan dampak musim dingin," kata Collins.

Batuan yang meleleh melepaskan sejumlah besar karbon dioksida, uap air, dan belerang, yang terakhir sangat bermasalah bagi kehidupan. Belerang adalah apa yang dikenal sebagai aerosol yang menghalangi sinar matahari.

Setelah tumbukan, peristiwa itu menghambat fotosintesis di antara tanaman. Pada gilirannya ini menyebabkan jatuhnya jaringan makanan di seluruh dunia.  Karbon dioksida dan uap air adalah gas rumah kaca, yang juga berkontribusi pada pemanasan planet ini.

Clay Tabor, ahli paleoklimatologi dari Universitas Connecticut, mengatakan studi baru ini memberikan wawasan mengapa dampak Chicxulub begitu dahsyat bagi kehidupan di Bumi.

"Emisi karbon dioksida yang lebih besar dari dampak dapat membantu menjelaskan pemanasan pasca dampak yang ditemukan di beberapa rekonstruksi suhu," kata Tabor, yang tidak tidak berafiliasi dengan penelitian baru.

Di luar serangan asteroid, faktor-faktor lain juga menyebabkan kematian dinosaurus. Jelaga dari kebakaran hutan yang terjadi kemudian juga telah terlibat dalam kepunahan massal dengan terus menghalangi sinar matahari. Erupsi vulkanik mungkin juga berperan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement