REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada masa pandemi Covid-19, banyak masyarakat yang terpaksa menunda rencananya untuk membeli kendaraan. Menjelang lebaran yang biasanya digunakan sebagai momentum mengganti mobil untuk sarana mudik pun harus batal lantaran serangan virus yang mematikan itu.
Kondisi itu telah membuat pasar mobil nasional anjlok dalam beberapa bulan terakhir, termasuk penjualan mobil bekas. Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Jakarta, Herjanto Kosasih, mengatakan, selama ini tren penjualan mobil seken selalu sejalan dengan perkembangan pasar mobil baru.
"Jadi, saat penjualan mobil baru meningkat, penjualan mobil bekas pun demikian. Saat penjualan mobil baru anjlok karena korona, seperti sekarang, maka hal itu juga terjadi di pasar mobil bekas. Masyarakat yang akan membeli mobil untuk mudik lebaran pun batal melakukan transaksi," kata Herjanto kepada Republika.
Ia mengungkap, saat ini Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Jakarta sedang tidak beroperasi. Penutupan dilakukan sejak peraturan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) diberlakukan. Otomatis, hal itu memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pedagang mobil bekas dalam bursa tersebut.
Untuk dapat menyambung hidup, para pedagang mobil seken lebih fokus melakukan skema penjualan lewat online dan media sosial. Tapi, kata dia, upaya itu tetap tak banyak menolong, mengingat jumlah permintaan sangat minim.
"Saat ini saya belum memiliki data pasti berapa angka penjualan yang dilakukan secara online. Tapi mayoritas teman-teman pedagang mobil bekas mengaku panjualannya tak sebanyak saat dalam kondisi normal. Tak jarang, pedagang pun terpaksa harus menjual di bawah harga pasar," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Herjanto, sebelum penerapan PSBB, penjualan mobil seken sempat mengalami peningkatan pada awal Maret 2020 selama dua pekan. Peningkatan itu terjadi juga berkaitan dengan adanya Covid-19.
Pada awal Maret, sejumlah anggota masyarakat yang tadinya bepergian menggunakan transportasi umum maupun taksi kemudian memutuskan untuk membeli mobil. Mereka memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk menekan potensi penyebaran virus.
Mobil pun sempat dinilai jadi sarana paling aman untuk tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, masyarakat juga sempat bersiap untuk pengadaan mobil sebagai sarana pulang kampung saat libur lebaran.
Namun, setelah PSBB diterapkan, aktivitas masyarakat mulai berkurang dan membuat kebutuhan akan sarana transportasi jadi menurun yang kemudian berdampak pada penjualan mobil bekas yang kian anjlok. Kondisi ini diperparah dengan leasing yang untuk sementara ini, meningkatkan uang muka dalam setiap pembelian mobil secara kredit.
Menurut Herjanto, saat ini sejumlah kecil transaksi yang terjadi adalah untuk kendaraan dengan harga di bawah Rp 100 juta. Konsumen membeli mobil low budget karena benar-benar mereka membutuhkan transportasi darurat yang relatif aman selama pandemi.
Lemahnya penjulan mobil seken juga dirasakan oleh diler mobil bekas resmi, Suzuki Auto Value. Business Development Head PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Hendro Kaligis, mengatakan, penurunan penjualan mulai terjadi secara signifikan pada awal April, bahkan angkanya sampai 80 persen. Kondisi ini otomatis berpengaruh terhadap harga pasar mobil bekas.
Ia mengatakan, Suzuki Auto Value terpaksa harus menyesuaikan harga pembelian demi mengikuti kondisi pasar. Namun, besarannya diusahakan tidak terlalu memberatkan pemilik karena memang kehadiran Suzuki Auto Value adalah juga untuk mendukung layanan purnajual Suzuki.
Dalam kondisi ini, sejumlah balai lelang tengah melakukan penurunan harga jual sekitar 20 persen. "Kami hanya melakukan penurunan harga sekitar 10 hingga 15 persen saja," ujarnya.