REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembuat mobil Prancis Renault mengkonfirmasi rencana untuk memangkas sekitar 15 ribu pekerjanya yang tersebar di seluruh dunia. Mayoritas di antaranya sebanyak 4.600 orang berada di Prancis.
Renault mengatakan akan segera memulai pembicaraan dengan serikat pekerja untuk merestrukturisasi beberapa pabrik dan berpotensi menutup pabrik lain. Hal ini dilakukan menyusul penurunan penjualan.
Renault dihadapkan dengan penurunan permintaan yang diperparah oleh pandemi virus corona. Renault mencari opsi penghematan 2 miliar euro (2,22 miliar dolar AS) selama tiga tahun ke depan dengan menyusutkan produksi dan mengasah model yang lebih menguntungkan.
Langkah-langkah restrukturisasi - termasuk pemutusan hubungan kerja, transfer dan rencana pensiun ini akan memengaruhi hanya di bawah 10 persen dari tenaga kerja globalnya. Hal ini pun akan menelan biaya 1,2 miliar euro bagi Renault.
Pemotongan keseluruhan akan mempengaruhi hanya di bawah 10 persen dari 180 ribu tenaga kerja global Renault. Perusahaan ini memiliki sekitar 48.500 staf di Prancis.
"Mereka bersikeras bahwa segala sesuatu akan dinegosiasikan," kata Franck Daout dari serikat buruh CFDT.
Ia menambahkan bahwa serikat pekerja dan badan-badan negara akan terlibat dalam perundingan tentang kemungkinan PHK di Prancis.
Pemerintah Prancis memperingatkan tidak akan menandatangani pinjaman negara 5 miliar euro yang direncanakan untuk Renault sampai manajemen dan serikat pekerja menyelesaikan pembicaraan mengenai tenaga kerja dan pabrik di Prancis. Pinjaman ini terkait dengan pandemi virus corona
Renault, seperti mitranya dari Jepang, Nissan, sudah berada di bawah tekanan ketika pandemi melanda. Perusahaan itu sekarang mencoba menyulap kemerosotan pendapatan dengan perubahan di seluruh industri seperti meningkatnya investasi pada mobil yang lebih ramah lingkungan.
Renault mengatakan akan memangkas biaya dengan memotong jumlah subkontraktor di bidang-bidang seperti teknik, mengurangi jumlah komponen yang digunakannya. Renault juga membekukan rencana ekspansi di Rumania dan Maroko, dan menyusutnya pembuatan gearbox di seluruh dunia.
Perusahaan berencana untuk memangkas kapasitas produksi global menjadi 3,3 juta kendaraan pada tahun 2024, setelah sebelumnya berada di angka 4 juta. Mereka akan fokus pada van kecil atau mobil listrik.