Senin 01 Jun 2020 13:04 WIB

Piagam Jakarta, Pemersatu Perbedaan

Sukarno membacakan pidato tentang rancangan preambule di sidang kedua BPUPK.

Piagam Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Mardiah
Piagam Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasanul Rizqa

Berikut isi dari rancangan preambule yang dibacakan Bung Karno dalam pidato pada masa sidang kedua BPUPK.

Baca Juga

Pembukaan: Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:

Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Sukarno mengingatkan, preambule itu adalah hasil jerih-payah bersama, antara golongan Islam (nasionalis Islami) dan kebangsaan (nasionalis 'sekuler'). "Inilah preambule yang bisa menghubungkan, mempersatukan segenap aliran yang ada di kalangan anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai," katanya. Dalam Panitia Sembilan, golongan nasionalis Islami dan nasionalis sekuler masing-masing diwakili empat orang.

Endang Saifuddin Anshari dalam tesisnya untuk McGill University (1976) berpendapat, masukan dari kalangan Islam tak sebatas dari lisan keempat anggota Panitia Sembilan, melainkan lebih jauh lagi. Ia mengutip pidato Jenderal AH Nasution dalam peringatan 18 tahun Piagam Jakarta, [Piagam Jakarta] banyak mendapat ilham daripada hikmah 52 ribu surat-surat para alim ulama. Ulama-ulama yang dimaksud, menurut Nasution, pernah mengirimkan puluhan ribu surat itu ke kantor Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa (Jawa Hokokai).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement