REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Italia pada Senin (1/6), meluncurkan aplikasi seluler untuk melacak infeksi virus corona di empat kawasan sebelum menyebar lebih luas. Meskipun terdapat banyak penolakan dari warga terhadap aplikasi yang khawatir melanggar privasi.
Sejak awal Mei Italia secara perlahan mulai melonggarkan pembatasan dan kegiatan usaha. Tetapi ada kekhawatiran bahwa infeksi bisa kembali melonjak jika warga tidak mematuhi aturan jaga jarak sosial.
Aplikasi yang dijuluki "Immuni" (imun/kebal) bertujuan mengurangi risiko seperti lonjakan kasus dengan merekam ketika pengguna berdekatan jarak dengan yang lainnya. Ponsel mereka akan bertukar kode melalui teknologi Bluetooth.
Jika seseorang terbukti positif COVID-19, aplikasi itu akan memberitahu kontak-kontak terbaru untuk melakukan isolasi dan tes, sehingga membantu otoritas kesehatan bereaksi cepat dan membatasi penularan.
"Dengan cara ini kita akan mampu mengidentifikasi seseorang yang sedang duduk di dalam bus di sebelah orang yang terinfeksi," kata Pier Luigi Lopalco, kepala unit darurat COVID-19 di kawasan Puglia yang ikut merintis aplikasi tersebut, kepada Reuters, Selasa.
Terjadi perdebatan hebat di Italia atas potensi pelanggaran privasi. Namun pemerintah mengatakan data pribadi pengguna tidak akan dikumpulkan dan aplikasi tersebut tidak akan memberitahukan lokasi keberadaan mereka.
Selain itu, semua rekaman log kontak harus dihapus begitu darurat kesehatan berakhir atau paling lambat pada 31 Desember. Namun hanya 44 persen warga Italia yang mengaku mungkin atau pasti mengunduh aplikasi Immuni, menurut survei EMG Acqua pada 26 Mei, sedangkan 24 persen lainnya menolak untuk memasang aplikasi tersebut.
Uji coba aplikasi, yang dikembangkan oleh Bending Spoons, akan dimulai pada 8 Juni di kawasan Liguria, Abruzzo, Marche dan Puglia. Immuni didasarkan pada perangkat lunak yang diluncurkan bulan lalu oleh Apple dan Google, yang sistem operasinya aktif bagi 99 persen ponsel di dunia.