Selasa 02 Jun 2020 13:59 WIB

Resensi Gitasmara Semesta: Tentang Jo dan Kenangannya

Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta adalah novel terbaru Akmal

Red: Elba Damhuri
Novel Baru Akmal N Basral
Foto: Istimewa
Novel Baru Akmal N Basral

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Sholeh Kurniawan*

Gitasmara Semesta adalah sebuah novel romansa yang bermutu, seting modern, namun sarat pesan agama yang tak menggurui. 

DI TENGAH suasana wabah COVID-19 yang belum usai, kiprah Akmal Nasery Basral sebagai salah seorang pengarang paling produktif saat ini tampaknya tidak terganggu.

Bahkan 6 bulan terakhir dia meluncurkan tiga novel berturut-turut yakni Te o Toriatte (Genggam Cinta) yang diluncurkan di Banda Aceh pada akhir tahun lalu (https://dialeksis.com/aceh/launching-novel-teo-torriatte-merawat-ingatan-mengobati-hati/), kemudian novel biografi Buya HAMKA berjudul Setangkai Pena di Taman Pujangga yang diluncurkan pada Islamic Book Fair 2020 (https://republika.co.id/berita/q6ic3e463/novel-kisah-hidup-buya-hamka-tutup-ibf-2020), serta pertengahan Mei lalu di tengah suasana Ramadhan dengan novel berjudul Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2: Gitasmara Semesta yang dipublikasikan Republika Penerbit dalam format e-book di Google Books.

Gitasmara Semesta adalah sekuel dari Dilarang Bercanda dengan Kenangan (2018) yang mengisahkan kehidupan Johansyah Ibrahim, alumnus IPB yang sedang melanjutkan kuliah di Leeds pada tahun 1997—dalam usia 23 tahun—ketika cerita dimulai. Suasana krisis moneter yang terjadi di tanah air pada tahun yang sama dan Reformasi Mei 1998 menjadi latar belakang kisah ini. (https://www.antvklik.com/rehat/dilarang-bercanda-dengan-kenangan).

Meski begitu ini bukan novel politik. DBdK tetap novel romansa namun bukan sekadar novel dunia asmara dan kampus yang hanya bercerita tentang ‘buku, pesta, cinta’. DBdK berisi juga selipan pesan motivasional, cara membaca karakter orang lain, beradaptasi dengan budaya, dan berkhidmat pada keinginan orang tua.

photo
Novel Baru Akmal N Basral - (Istimewa)

Dalam seluruh rangkaian itu, DBdK ditutup dengan akhir kehidupan Jo yang sama sekali tak dibayangkannya akan terjadi. Sebagai seorang lelaki muda yang cerdas, tampan, karismatik dan profesional muda yang potensial (bekerja di bidang industri PR yang glamor), kisah cinta yang dialami Jo justru tak segemerlap itu. Jo terperangkap dalam hubungan asmara dengan Tiara (sepupunya, calon doktor di Inggris), Aida (jurnalis blasteran Rumania-Kurdi) dan Avanti (mantan kakak iparnya pegawai KBRI London). 

Dalam sekuel Gitasmara Semesta, pembaca dibawa pada adegan awal pertemuan kembali Jo dengan Aida setelah 9 tahun tak berkomunikasi. Mereka bertemu di barak pengungsi tsunami Aceh dalam sebuah pertemuan dramatis dan mengguncang bagi Jo. Cerita kemudian mengalir dimana Akmal membawa pembaca untuk benar-benar masuk dalam kehidupan Jo yang gundah. Avanti dan Tiara muncul lagi dalam kehidupan Jo bukan hanya numpang lewat melainkan menjadi bagian utama dari kisah. 

Kisah tidak hanya terjadi di Indonesia (Jakarta dan Banda Aceh), melainkan juga di Rumania (Brasov dan Constanta), Irak (Erbil, wilayah etnis Kurdi), dan Jerman (Bielefeld). Namun begitu ditampilkannya kota-kota di luar negeri ini, yang semuanya belum pernah saya dengar sebelumnya dan baru saya ketahui dari novel ini, sama sekali tidak terkesan pamer.

Sebaliknya, perpindahan adegan ke tempat-tempat ini berjalan mulus dan alami, sehingga saya sempat menduga jangan-jangan ini kisah nyata penulisnya karena begitu meyakinkannya deskripsi tempat-tempat kejadian dan konflik demi konflik yang membelit Jo serta tokoh-tokoh lainnya. 

Satu hal dalam kisah ini yang membuat saya takjub (sehari-hari saya bekerja sebagai staf media Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Banyuwangi) adalah cerita mahar Jo yang diberikan kepada Aida. Perempuan blasteran itu tidak meminta satu set perhiasan lengkap seperti layaknya kebiasaan pengantin perempuan, melainkan 20 pasang ekor kambing yang dipinjamkan kepada pesantren duafa. 

Setelah kambing-kambing itu melahirkan, anaknya diberikan kepada pesantren untuk dibesarkan sedangkan indukannya dipinjamkan kepada pesantren lainnya lagi sehingga bermanfaat langsung bagi ekonomi pesantren. Ini sebuah terobosan ide yang sangat bagus dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Meski baru dalam tahap kisah novel, namun menurut saya sangat bisa dilakukan oleh para pasangan muda yang akan menikah sehingga mahar tidak hanya bermanfaat bagi pasangan calon pengantin melainkan juga bagi lingkungan karena bernilai wakaf atau sedekah. 

Saya sangat merekomendasikan novel ini bagi pembaca yang ingin mendapatkan kisah cinta yang bermutu, dalam setting modern, namun tetap sarat dengan pesan-pesan agama yang disampaikan tanpa menggurui melainkan melebur sempurna ke dalam kisah.

*Penggemar novel Indonesia, tinggal di Banyuwangi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement