Kamis 04 Jun 2020 00:35 WIB

Studi: Hipertensi dapat Memperburuk Covid-19

Sejumlah besar pasien Covid-19 memiliki hipertensi.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Hipertensi. Orang hipertensi berisiko mengalami kondisi berbahaya jika terinfeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.
Foto: iStockPhoto
Hipertensi. Orang hipertensi berisiko mengalami kondisi berbahaya jika terinfeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah studi terbaru menunjukkan orang yang memiliki tekanan darah tinggi dapat berada dalam kondisi sangat berbahaya jika terinfeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Selama ini, diketahui tekanan darah tinggi alias hipertensi menjadi kondisi mendasar pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Selama ini, hipertensi menjadi kondisi cukup umum bagi banyak orang di seluruh dunia, bahkan dikenal sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kematian dini tanpa gejala. Meski demikian, dalam beberapa penelitian, sejumlah besar pasien Covid-19 memiliki tekanan darah tinggi yang mendasarinya.

Baca Juga

Dalam satu penelitian, 63 persen pasien Covid-19 yang masuk Ruang Perawatan Intensif (ICU) memiliki hipertensi awal. Namun, ketika dipelajari lebih lanjut tentang penyakit baru ini, beberapa ahli menduga bahwa kerusakan organ halus yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi mungkin memberi pasien Covid-19 kerugian yang melekat dalam perjuangan mereka melawan virus corona jenis baru.

Hipertensi dapat memiliki efek merusak pada banyak organ, termasuk jantung, pembuluh darah, paru, otak dan ginjal. Para ahli medis yang mempelajari lebih lanjut tentang virus corona tipe baru telah menemukan bahwa penyakit pernapasan ini juga dapat mempengaruhi banyak organ, terutama jantung dan pembuluh darah.

"Walaupun pneumonia adalah komplikasi paling umum dari virus, itu juga dapat merusak sistem kardiovaskular. Itu sebabnya orang dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan berisikp gagal jantung, serta mungkin lebih kecil kemungkinannya menghadapi badai Covid-19," ujar Craig Smith, ahli jantung dan direktur medis di Cardiac Intensive Care Unit, UMASS Memorial Medical Center, dilansir ABC News.

Meski demikian, tidak semua hipertensi sama. Dokter mengatakan, terdapat perbedaan dalam kondisi tekanan darah tinggi yang terkontrol dan tidak.

Seseorang dengan hipertensi 'terkontrol' mencapai tekanan darah yang sehat dengan obat-obatan atau cara lain. Sementara orang dengan 'hipertensi yang tidak terkontrol' masih memiliki tekanan darah di atas kisaran sehat.

Sampai saat ini, penelitian belum dapat membedakan antara hipertensi terkontrol dan tidak terkontrol. Tetapi, menurut Smith, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol lebih mungkin terkait dengan kerusakan jangka panjang pada organ jantung dan ginjal, sehingga membuat orang-orang dengan kondisi ini berada dalam risiko tinggi saat terinfeksi virus corona jenis baru.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement