REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trenggiling, salah satu hewan langka dengan ciri khas sisik yang menyelimuti tubuhnya, disebut mungkin berperan sebagai perantara virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menimbulkan penyakit infeksi Covid-19 pada manusia. Namun, sejumlah ilmuwan mengatakan, bukan hanya jenis binatang mirip dengan armadilo ini yang bisa menjadi jalur transmisi penularan virus.
Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah studi menyebut trenggiling merupakan inang perantara dalam proses penularan virus corona jenis baru. Sejak lama hewan bersisik pemakan semut ini dijual di pasar China untuk dikonsumsi karena dipercaya dagingnya lezat serta sebagai obat.
Sejak pandemi COvid-19 melanda dunia, para ahli di seluruh dunia menyerukan agar pasar yang menjual hewan liar tersebut ditutup. Peneliti di Duke University School of Medicine, Los Alamos National Laboratory di New Mexico, serta Texas University di El Paso, dan New York University sedang mempelajari virus yang menyebabkan Covid-19.
Penelitian terbaru ini memberi penerangan baru tentang bagaimana virus corona jenis baru membuat lompatan dari hewan ke manusia. Dengan bertukar bagian penting dari gen dalam virus pada trenggiling, SARS-CoV-2 mampu bergerak.
Lompatan antarspesies ini bisa terjadi karena mutasi virus memungkinkan untuk menempelkan dirinya ke sel manusia, seperti kunci yang dipasang pada lubang. Rekan penulis penelitian Feng Gao, seorang profesor kedokteran di Duke, mengatakan, Covid-19 mirip dengan sindrom pernapasan akut berat (SARS) yang melompat dari kelelawar ke musang atau sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dari kelelawar ke unta, sebelum akhirnya beralih ke manusia.
"Nenek moyang virus corona jenis baru mengalami perubahan evolusioner dalam materi genetik yang memungkinkan untuk akhirnya menginfeksi manusia," ujar Gao dalam sebuah pernyataan, dilansir News 24, Rabu (3/6).
Meski demikian, contoh virus corona yang terdapat di trenggiling sangat berbeda dengan SARS-CoV-2 untuk menginfeksi manusia. Hal ini memunculkan kemungkinan bahwa beberapa spesies perantara selain trenggiling atau kelelawar terlibat dalam proses di mana virus corona jenis baru memperoleh kemampuan untuk mengunci dan menginfeksi sel manusia.
Virus corona jenis baru menggunakan struktur khusus pada lapisan luarnya untuk melekatkan diri pada sel-sel pernapasan dan usus manusia. Situs ini berbeda dari yang ada pada kelelawar terinfeksi sehingga kemungkinan besar keleawar bukanlah penyebab pandemi Covid-19 kali ini.
"Orang-orang sudah melihat rangkaian virus corona yang diambil dari trenggiling yang kami diskusikan di makalah kami. Namun, komunitas ilmiah masih terbagi mengenai apakah mereka memainkan peran dalam evolusi SARS-CoV-2," kata rekan peneliti Elena Giorgi, seorang ilmuwan staf di Los Alamos National Laboratory.
SARS-CoV-2 tampaknya merupakan jenis hibrida, di antara jenis yang diisolasi dari trenggiling atau kelelawar. Giorgi mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa memang SARS-CoV-2 memiliki sejarah evolusi yang kaya, mencakup perombakan genetik antara kelelawar dan trenggiling.
"Sementara reservoir langsung SARS-CoV-2 masih dicari, satu hal yang jelas: mengurangi atau menghilangkan kontak langsung manusia dengan hewan liar sangat penting untuk mencegah zoonosis virus corona jenis baru di masa depan," ungkap studi terbaru dalam kesimpulan di laporan yang diterbitkan di jurnal Science Advances pada 29 Mei lalu.