Jumat 05 Jun 2020 10:22 WIB

Pendidikan Jarak Jauh, Strategi Pembelajaran Harus Berubah

Pendidikan masa depan harus bisa berikan pelayanan langsung seperti Gojek atau Grab.

Indonesia Bermutu (IB) menggelar rapat rutin secara virtual, Ahad (31/5) membahas tentang strategi pembelajaran.
Foto: Dok IB
Indonesia Bermutu (IB) menggelar rapat rutin secara virtual, Ahad (31/5) membahas tentang strategi pembelajaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu sector yang paling terdampak pandemic Covid-19 adalah pendidikan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diberikan sekolah kepada siswa merupakan solusi. Namun, PJJ bukan tanpa kendala dan tantangan.

Indonesia Bermutu (IB) termasuk lembaga yang menaruh perhatian terhadap kesuksesan PBB atau belajar online dari rumah.  “IB sebagai lembaga yang peduli pendidikan untuk semua mencoba mencari terobosan dalam pendidikan dalam model, sistem, strategi, teknologi, dan evaluasi pembelajaran di masa pandemi Covid 19 yang tepat dan bermutu,” kata Sekretaris IB, Afrizal Sinaro  dalam rapat rutin IB, Ahad (31/5) siang.

Rapat virtual itu dipimpin oleh Ketua Umum IB, Dr Jaka Warsihna dan diikuti oleh peneliti IB. “Pembelajaran masa pandemi Covid 19 dengan istilah belajar jarak jauh atau belajar dari rumah, harus berubah strategi pembelajarannya yaitu siswa aktif dengan pendekatan pembelajaran berbasis projek. Sehingga Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran (RPP) harus disusun dengan pendekatan siswa melakukan apa, bagaimana cara melakukannya, di mana, dengan siapa. mengingat keberagaman kondisi siswa, maka guru di dalam RPP harus merancang beberapa pilihan yang dapat dipilih oleh siswa sesuai kondisinya. inilah kearifan lokal yang harus diperhatikan,” kata  Jaka Warsihna dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, sebagai upaya untuk mendewasakan anak didik  dalam situasi belajar dalam kondisi pandemi Corona diperlukan komitmen seluruh komponen khususnya guru dan orang tua bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari semua pihak untuk mendorong terjadinya proses pembelajaran yang bermakna.  “Bukan lagi dominan guru dengan konsep belajar kelas yang berbasis guru, tetapi dominan anak didik dengan  bimbingan orang tua di rumah,” ujarnya.

Jaka mengemukakan, guru tidak lagi menggunakan kurikulum normal dalam situasi ini, tetapi bersama orang tua dan dinas pendidikan bersama merancang kurikulum dan strategi belajar untuk kesuksesan anak didik menyesuaikan situasi dan kondisi saat ini. “Sehingga,  walaupun di rumah, anak tetap belajar dan mendapatkan pengalaman belajarnya dapat mengubah sikap dan karakter diri,” tuturnya.

Peneliti IB, Heru Widiyatmo mengatakan, pandemi   Corvid-19 mempengaruhi semua lini kehidupan, termasuk juga di dunia pendidikan. “Kita tidak bisa lagi bekerja as usual (seperti biasanya), tapi harus mengubah haluan ke costumer oriented dengan bantuan teknologi. Costumers di sini meliputi siswa, orang tua, dan masyarakat,” ujarnya. 

Heru menambahkan, diharapkan pendidikan masa depan memberikan pelayanan langsung door to door, seperti Gojek atau Grab. Apa yg diperlukan oleh costumers, itu yang dikirim, tidak lain. Kurikulum, pengajaran, dan assessment harus lebih simple, sederhana, dan mudah dipahami tapi perlu. 

“Hanya tiga cognitive competencies  penting yang perlu diajarkan, dimiliki, dan dinilai pada, oleh, dan dari siswa yaitu Matematika, Membaca dan Menulis. Apapun cita-cita  mereka nantinya, hanya tiga kompetensi  ini yang diperlukan pada saat nanti,” papar Heru.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement