Sabtu 06 Jun 2020 11:55 WIB

Studi: Vitamin K dalam Bayam dan Telur Bantu Cegah Covid-19

Vitamin K memproduksi protein yang melindungi paru-paru dari pembekuan akibat Covid

Telur merupakan sumber protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral. Seperti bayam, telur juga memiliki vitamin K yang diyakini mencegah Covid-19
Foto: pixabay
Telur merupakan sumber protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral. Seperti bayam, telur juga memiliki vitamin K yang diyakini mencegah Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien yang meninggal dunia atau masuk ke ruang gawat darurat akibat COVID-19 sudah terbukti mengalami kekurangan vitamin K yang ada di dalam bayam, telur serta jenis keju-kejuan "blue cheese".

Studi dilakukan di rumah sakit Canisius Wilhelmina di kota Nijmegen, Belanda di mana ditemukan hubungan antara kekurangan vitamin K dan kondisi pasien virus corona yang memburuk. Seperti diketahui COVID-19 menyebabkan pembekuan darah dan menyebabkan degradasi serat elastis di paru-paru.

Vitamin K, yang dicerna melalui makanan dan diserap dalam saluran pencernaan, adalah kunci untuk produksi protein yang mengatur pembekuan dan dapat melindungi terhadap penyakit paru-paru.

Para peneliti Belanda sekarang mencari dana untuk uji klinis, tetapi Dr Rob Janssen, seorang ilmuwan yang bekerja pada proyek tersebut, mengatakan bahwa berdasarkan temuan awal ia menyarankan asupan vitamin K yang sehat, kecuali bagi mereka yang menggunakan obat pengencer darah seperti warfarin.

"Saran saya adalah meminum suplemen vitamin K tersebut. Bahkan jika itu tidak membantu melawan Covid-19 yang parah, itu baik untuk pembuluh darah Anda, tulang dan mungkin juga untuk paru-paru."

Ada dua jenis vitamin K yakni K1 dan K2. K1 bisa didapat dari bayam, brokoli, sayuran hijau, blueberry, semua jenis buah dan sayuran. K2, jenis yang lebih baik diserap oleh tubuh, ada di dalam keju Belanda dan keju Prancis.

Selain itu, makanan khas Jepang, Natto, kacang kedelai yang difermentasi juga sangat tinggi vitamin K. "Mungkin ada alasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai manfaat kesehatannya," kata Janssen.

Penelitian, yang dilakukan dalam kemitraan dengan Cardiovascular Research Institute Maastricht, salah satu lembaga penelitian jantung dan pembuluh darah terbesar di Eropa, mempelajari 134 pasien yang dirawat di rumah sakit untuk COVID-19 antara 12 Maret dan 11 April, bersama dengan kelompok yang kontrol yang terdiri dari 184 pasien yang cocok dengan usia yang sama namun tidak memiliki penyakit.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement