REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan RI
Secara teoritis ekonomi Indonesia relatif akan cepat pulih di bandingkan ekonomi China misalnya. Mengapa demikian? Karena selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia utamanya digerakkan oleh konsumsi. Sekitar 56% nya oleh konsumsi. Sementara perdagangan internasional (ekspor dan impor) hanya berperan kecil saja dalam PDB Indonesia.
Sedangkan konsumsi yang tertekan selama masa Covid-19 diharapkan akan segera pulih dan dipuaskan bila situasi sudah normal atau dianggap normal. Konsumsi yang tertunda selama Covid-19 dengan cepat akan kembali lagi mengingat barang dan jasa yang di konsumsi relatif sudah tersedia ataupun mudah dan cepat menyediakan atau memproduksinya.
Jadi supply dan demand-nya mudah pulih. Misalnya wisata, kuliner, perhotelan, service mobil dan motor, transportasi dan hiburan diharapkan segera pulih. Artinya, karena konsumsi utamanya segera kembali pulih maka ekonomi secara keseluruhan juga menuju pulih.
Bandingkan misalnya dengan ekonomi China yang amat mengandalkan ekspor -impor. Ketika China dengan cepat mengumumkan sudah siap berproduksi kembali, ternyata pembelinya divnegara lain belum siap. Artinya, pasar ekspor impornya belum pulih.
Makanya pertumbuhan ekonomi China dalam quarter 1 tahun 2020 minus hampir 7%. Bukan tidak mungkin keadaan di China ini akan berlanjut di Kuartal 2 dan 3 tahun ini. Apalagi China sedang mengalami perang dagang dan berbagai ketegangan dengan negara negara Barat yang tentu saja berimbas kepada perekonomian.
Ini berbeda dengan Indonesia yang meski pertumbuhan ekonominya di kuartal 1 turun tinggal 2,97%, di kuartal 2 pastilah akan jauh lebih rendah lagi karena dampak Covid-19 sudah semakin luas. Tetapi dalam kuartal 3 dan 4, yang dimulai Juli ini, dengan catatan tidak ada gelombang kedua Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terasa membaik karena dorongan atau kembalinya konsumsi.
Siapakah di masyarakat yang paling banyak menghabiskan penghasilannya untuk konsumsi? Mereka orang berpenghasilan rendah atau pas pasan alias golongan miskin. Makanya, untuk menggerakkan ekonomi sebaiknya anggaran belanja negara (APBN ) Covid 19 di salurkan kepada kelompok miskin ini.
Kebalikannya, kelompok kaya lebih cenderung menyimpan saja. penghasilannya, bahkan di simpan di luar negeri. Hanya porsi kecil yang digunakan untuk konsumsi.
Jadi pada setiap krisis ekonomi, penyebabnya rata rata adalah pelaku ekonomi elit atau pemain-pemain besar. Sedangkan pahlawannya adalah masyarakat papan bawah atau miskin/. atau sektor informal.