Rabu 10 Jun 2020 20:15 WIB

Obat Radang dan Kanker Diuji Coba untuk Covid-19

Upaya pencarian pengobatan Covid-19 terus dilakukan.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Obat yang biasa digunakan untuk penyakit radang dan kanker sedang diujicobakan sebagai pengobatan untuk Covid-19.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Obat yang biasa digunakan untuk penyakit radang dan kanker sedang diujicobakan sebagai pengobatan untuk Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dua obat yang digunakan untuk mengobati penyakit radang dan kanker kini sedang diuji sebagai terapi potensial untuk pasien dengan infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) di Inggris. Hal ini diumumkan oleh Universitas Birmingham dan Oxford pada Rabu (10/6).

Dalam kasus pasien yang mengalami kondisi dan gejala parah akibat Covid-19, diyakini adalah efek dari reaksi berlebihan dalam sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai badai sitokin (cytokine storm). Para peneliti sedang menyelidiki apakah kedua obat yang digunakan untuk penyakit radang dan kanker dapat menekan  unsur-unsur tertentu dari sistem kekebalan tubuh dapat berperan dalam menahan eskalasi cepat dari gejala tersebut.

Baca Juga

Namilumab dari Izana Bioscience, sebuah antibodi monoklonal yang sudah dalam tes tahap akhir untuk mengobati rheumatoid arthritis dan penyakit radang yang disebut ankylosing spondylitis, menjadi yang pertama dari empat kandidat dalam uji coba CATALYST. Ini menargetkan sitokin atau disebut GM-CSF, yang pada tingkat yang tidak terkendali diyakini menjadi pendorong utama peradangan paru-paru berlebihan dan berbahaya pada pasien Covid-19.

Obat tersebut saat ini juga dilaporkan sedang diujicoba untuk mengobati pasien Covid-19 di Italia. Sementara, obat kedua bernama  Infliximab (CT-P13), dikembangkan oleh Slough-based Celltrion Healthcare UK, adalah terapi anti-tumor necrosis factor (TNF). Obat ini digunakan untuk mengobati delapan penyakit autoimun termasuk rheumatoid arthritis dan sindrom iritasi usus.

“Bukti yang muncul menunjukkan peran penting untuk obat anti-inflamasi dalam badai sitokin yang terkait dengan infeksi Covid-19 yang parah," ujar Ben Fisher, peneliti percobaan co-klinis dari Universitas Birmingham dalam sebuah pernyataan.

Fisher mengatakan dalam studi CATALYST, tim peneliti berharap dapat menunjukkan dosis tunggal jenis kedua obat kepada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah kondisi gejala penyakit memburuk dengan cepat, sehingga membutuhkan perawatan di unit intensif, termasuk ventilator.

Obat-obatan penyakit untuk auto-imun yang sedang diuji kemampuannya untuk menurunkan badai stokin dalam uji coba. Termasuk di antara obat-obatan ini adalah mkan badai sitokin dalam uji coba termasuk Regeneron dan Kevzara Sanofi, Actemra milik Roche serta Otilimab dari Morphosys dan GlaxoSmithKline.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement