Kamis 11 Jun 2020 22:36 WIB

Layanan Rehabilitasi Medis Tetap Penting di Masa Pandemi

Rehabilitiasi medis diperlukan bagi mereka yang mengalami gangguan fungsi.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Teknologi robotik yang membantu mengembalikan gerakan lengan dan koordinasi otak pasien strok. Layanan rehabilitasi medis tetap diperlukan saat pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Teknologi robotik yang membantu mengembalikan gerakan lengan dan koordinasi otak pasien strok. Layanan rehabilitasi medis tetap diperlukan saat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pendemi membuat sejumlah aktivitas terhenti, salah satunya rehabilitasi medis di rumah sakit (RS). Padahal, kegiatan rehabilitasi tetap harus berlangsung untuk pasien yang mebutuhkannya.

Dokter rehabilitasi medis di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Tetty MD Hutabarat mengatakan, rehabilitasi diperlukan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi, termasuk akibat Covid-19. Pasien dengan kondisi berat dan kritis, termasuk pasien dengan ventilator, sedasi, dan tirah baring lama berisiko mengalami gangguan fungsi seperti, sindrom dekondiri, sistem pernapasan, fungsi menelan, gangguan kognitif, dan psikis.

Baca Juga

Gangguan fungsi paling banyak dialami pasien pascarawat di unit perawatan intensif (ICU) ialah post-intensive care syndrome (PICS). Demikian juga dengan pasien usia lanjut dan penyakit kronis.

"Kami berperan mengatasi dampak Covid-19 dengan segala masalah penyakitnya,” kata Tetty dalam webinar Penanganan Kesehatan Saraf di Era New Normal, Senin (8/6).

Setelah mendapat pemeriksaan dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, pasien ditangani berdasarkan gangguan fungsi, seperti fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi, penggunaan alat bantu (ortotik/prostetik), dan psikologis. Dia memastikan pelayanan rehabilitasi medis pada masa pandemi maupun normal baru dilakukan mengikuti prosedur skrining dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk petugas dan pasien.

Untuk pemberian konsultasi, pasien kasus ringan atau sedang dilakukan secara telemedicine. Kemudian, semua peralatan rehabilitasi selalu dibersihkan dengan disinfektan setelah dipakai.

Dokter saraf di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr Hadi Widjaja mengatakan, rumah sakit mengeluarkan kebijakan baru untuk rehabilitasi. Terhadap pengunjung, RS melakukan pemeriksaan suhu tubuh. Sementara untuk staf, pemeriksaan suhu dilakukan secara berkala. Staf juga melakukan tes antibodi setiap 10 hari sekali.

Jika selama ini dokter dan pasien bisa bebas berkonsultasi, Hadi mengatakan era new normal membuat kegiatan itu terpaksa dibatasi. Dokter mengutamakan konsultasi daring.

Terhadap kasus yang membutuhkan pertemuan langsung, dokter atau rumah sakit berharap ada janji terlebih dahulu. Namun, kasus gawat darurat tetap terbuka 24 jam setiap hari.

“Kenapa lebih konsultasi daring? Pasien saya adalah golongan rawan terinfeksi Covid-19 dengan penyakit berat,” ujar Hari.

Karena itu, dia berharap konsultasi daring membuat pasien saraf atau penyakit berat lainnya tetap aman, tapi tak putus pengobatan. Di Siloam Hospitals, pasien bisa melakukan konsultasi daring dengan aplikasi AIDO yang bisa diunduh di Google PlayStore. Untuk kasus yang tak bisa selesai dengan konsultasi daring, dia mengatakan, dokter menganjurkan datang ke RS, misalnya untuk rontgen, MRI, maupun USG.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement