Senin 15 Jun 2020 14:09 WIB

Misi Badan Antariksa Eropa Ada di Titik Terdekat Matahari

Penelidikan SolO sedang berada di titik terdekat untuk menyelidiki perilaku matahari.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari
Matahari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelidikan Solar Orbiter (SolO) Eropa membuat jarak dekat pertama Matahari pada Senin (15/6) hari ini. Jarak terdekat terlacak dengan jarak lebih dari 77 juta km. Misi pertama kali diluncurkan pada Februari lalu oleh Badan Antariksa Eropa yang bertujuan memahami apa faktor pendorong perilaku dinamis matahari.

Dilansir BBC, close pass, yang dikenal sebagai perihelion, menempatkan penyelidikan antara orbit Venus dan Merkurius. Dalam beberapa tahun ke depan, SolO akan semakin dekat, setidaknya 43 juta km dari Matahari dalam sebuah kesempatan.

Baca Juga

SolO adalah pesawat ruang angkasa milik European Space Agency (Esa) yang dirakit di Inggris oleh perusahaan aerospace Airbus. Empat bulan telah berlalu sejak misi diluncurkan dalam fase checkout, dengan insinyur yang menjalankan aturan atas semua sistem penyelidikan. Sebanyak 10 instrumen ilmiah ditugaskan dalam misi ini.

Pengoperasian rutin untuk rangkaian penuh percobaan di dalam pesawat masih satu tahun lagi, tetapi magnetometer SolO sedang beroperasi dan akan tetap demikian.

Setelah itu, instrumen menangkap gangguan yang dihasilkan dari ledakan besar pada bintang yang disebut ejections massa koronal, selain gelombang sehari-hari dan turbulensi yang melacak struktur angin. Tim Horbury, peneliti utama MAG di Imperial College London, Inggris, mengatakan lebih dari dua miliar vektor medan magnet yang tersebar.

"Kami memulai pada 24 Februari lalu, di mana kami juga memiliki tim sains yang tengah sibuk mengerjakan data," ujar Horbury.

Salah  satu alasan instrumen kelompok Inggris dinyalakan sangat awal adalah agar dapat mulai mengkarakterisasi medan magnet pengganggu yang dihasilkan oleh elektronik di seluruh pesawat ruang angkasa. Sinyal ini kecil tetapi perlu dikurangi dari pengukuran Matahari untuk menyempurnakan detail dalam data dengan benar.

Pada awalnya, tim London mendapat kesempatan untuk melakukan beberapa studi tandem dengan instrumen magnetometer pada misi BepiColombo Esa. Penyelidikan ini kemudian berlanjut saat kunjungan kembali ke Bumi pada bulan April dalam perjalanan ke Merkurius.

Oleh karena itu kedua misi dapat melakukan beberapa penginderaan multi-point dari angin matahari dalam jarak yang relatif dekat satu sama lain. Hal yang sama juga terjadi pada  American Parker Solar Probe, tetapi pada pemisahan yang jauh lebih besar.

Misi AS ini sedang dalam proses membuat beberapa penyelaman yang sangat dalam melewati Matahari. Pada 7 Juni lalu, ini melewati hanya 19 juta km dari matahari.

"Kami saat ini hanya salah satu dari konstelasi pesawat ruang angkasa yang terbang mengelilingi Matahari," jelas Horbury kepada BBC News.

Misi besar SolO selanjutnya adalah flyby Venus, yang akan dilakukan untuk membantu mengelola spiral menuju bintang Bumi. Fase ilmiah penuh dari misi ini akan dimulai pada 2021 ketika semua 10 instrumen SolO akan memulai pengamatan reguler. Horbury mengungkapkan bersiap meski sangat gugup saat akan meluncurkannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement