REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dalam konferensi pers pada Selasa (16/6) mengatakan, survei FSGI mendapati bahwa para orang tua resah, khawatir, dan cemas dengan rencana membuka kembali sekolah. Responden survei menilai penting koordinasi dengan semua pemangku kepentingan dengan persentase 43,8 persen.
"Tak hanya antara Kemendikbud-Kemenag tetapi juga dengan Kementerian Kesehatan, Kemendagri; gugus tugas covid-19; pemda, dinas perhubungan terkait angkutan umum; birokrat pendidikan daerah; kesiapan pekerja (tukang), dan sebagainya," papar Wasekjen FSGI Satriwan Salim.
Surat Keputusan Bersama (SKB) empat kementerian telah dikeluarkan terkait dimulainya tahun akademik 2020. Namun, para orang tua khawatir lantaran belum terjaminnya keamanan siswa. Sebab, data terakhir menunjukkan masih tingginya angka penambahan kasus baru pasien Covid-19, khususnya di usia anak.
Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 18 Mei 2020, terdapat 3.324 anak yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP); sebanyak 129 anak berstatus PDP meninggal dunia; sementara jumlah anak yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 berjumlah 584 anak; kemudian 14 anak diantaranya meninggal dunia dengan status positif virus corona.
Dalam diskusi yang sama, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta agar Kemendikbud menguatkan konsolidasi dengan Kepala Dinas Pendidikan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Menurutnya panduan Pendidikan di era pandemic hanya bisa berhasil jika konsolidasi dan koordinasi Kemendikbud dan Kepala Dinas Pendidikan bisa berjalan dengan baik.
“Pengelolaan sektor Pendidikan di daerah menjadi otoritas dari para kepala dinas Pendidikan. Dinas ragu melakukan inisiatif karena menunggu pusat. Kami mendorong supaya Kemendikbud mengambil inisiatif secepatnya," ujar dia menambahkan.
Menurut dia, jika koordinasi antara pemerintah pusat dalam hal ini Kemendikbud dan para kepala dinas Pendidikan berjalan baik, maka ia meyakink apapun konsepsi Pendidikan akan terlaksana dengan baik di lapangan.