Rabu 17 Jun 2020 13:14 WIB

Ilmuwan Pecahkan Misteri Bercak Terang di Bulan Saturnus

Ilmuwan menduga pernah ada danau di Titan, bulan nya Saturnus pada dekade lalu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Titan, bulan Saturnus yang mirip Bumi
Foto: dailymail
Titan, bulan Saturnus yang mirip Bumi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan memecahkan misteri adanya bercak-bercak terang yang aneh di area selatan Titan, bulan Saturnus. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa di sana pada lebih dari satu dekade lalu mungkin pernah ada adanya hamparan danau dan laut hidrokarbon yang kini telah mengering.

Hasil penelitian terbaru ini dapat menjelaskan sejarah iklim Titan. Hasil penelitian sekaligus juga menginformasikan perburuan lingkungan yang berpotensi dihuni di planet asing.

Baca Juga

Pada 2000 dan 2008, teleskop radio besar di Arecibo Observatory di Puerto Rico dan Green Bank Observatory di Virginia Barat melihat puluhan daerah yang sangat terang pada bulan Saturnus tersebut, dengan lebar 3.200 mil (5.150 kilometer).

Titan merupakan bulan kedua terbesar di Tata Surya. Pada saat itu, adanya cekungan-cekungan dinilai sebagai bukti adanya danau atau laut. Harapan awal itu muncul setelah pesawat ruang angkasa NASA Cassini tiba di orbit sekitar Saturnus pada 2004.

Cassini mengamati banyak danau dan laut di Titan, serta menunjukkan bahwa bulan ini memiliki sistem cuaca aktif, berdasarkan hidrokarbon cair. Metana dan etana jatuh dari langit sebagai hujan. Tentu saja, termasuk menyusuri sistem sungai dan kolam di danau, serta laut, yang beberapa diantaranya lebih besar dari Great Lakes di Amerika Utara.

Titan tetap menjadi satu-satunya benda kosmik di luar Bumi yang diketahui memiliki benda cair stabil di permukaannya. Tetapi danau-danau yang terlihat oleh Cassini duduk terutama di dekat kutub Titan, terutama yang paling jauh di utara bulan.

Penelitian terbaru tidak melihat benda-benda cair di mana bercak terdeteksi oleh Arecibo dan Green Bank, di daerah tropis selatan. Tim peneliti memutuskan untuk menyelidiki misteri ini. Mereka meneliti semua set data yang tersedia, menggunakan pengamatan Cassini untuk informasi yang dikumpulkan oleh Arecibo dan Green Bank.

Para peneliti mengikat patch reflektif yang diidentifikasi oleh teleskop radio ke satuan medan tunggal, yang memiliki permukaan lebih halus dan komposisi yang berbeda dari lanskap di sekitarnya. Fitur-fitur tersebut adalah karakteristik dari danau kering atau dasar laut.

Di Bumi, lautan yang menguap meninggalkan permukaan relatif datar yang lebih asin daripada lingkungan. Lautan Titan yang lenyap tidak akan asin, tetapi mungkin mengandung molekul organik terlarut, yang bisa membuat tanda serupa di lanskap.

"Banyaknya bukti tampak konsisten dengan penjelasan itu," ujar pemimpin penelitian Jason Hofgartner, dari NASA Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California, Amerika Serikat (AS), dilansir Space, Rabu (17/6).

Tim peneliti mengatakan tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa daerah terang misterius sebenarnya adalah kolam dangkal dari hujan hidrokarbon yang baru jatuh. Tetapi, ini tampak sangat tidak mungkin, mengingat betapa jarangnya semburan awan terjadi di Titan.

Selama 13 tahun lebih dalam sistem Saturnus, Cassini mengamati hanya dua peristiwa curah hujan, yaitu satu pada 2004 dan 2010. Studi baru membuka jendela evolusi iklim Titan, menunjukkan bahwa kondisi di bulan besar telah berubah seiring waktu. Tetapi sifat dan tingkat perubahan itu tidak jelas saat ini.

Misalnya, apakah hidrokarbon cair baru saja menggeser posisi di permukaan Titan, bergerak dari daerah tropis ke kutub? Atau apakah danau yang kering menjadi bukti bahwa metana dan etana Titan sedang habis dan pada akhirnya akan hilang sepenuhnya?

Radiasi matahari, bagaimanapun, diketahui menghancurkan metana di atmosfer bulan besar. Hasil studi terbaru juga dapat bermanfaat bagi para astrobiolog, ilmuwan planet dan siapa pun yang tertarik untuk mengkarakterisasi lingkungan yang berpotensi dihuni di dunia asing.

Data Cassini, Arecibo dan Green Bank menunjukkan bahwa bercak-bercak terang anomali itu sendiri bukanlah bukti yang cukup untuk menetapkan keberadaan danau atau laut saat ini, baik itu diisi dengan air atau metana. Danau dan laut di Titan memang memiliki tanda berbeda.  Angin di Titan hampir tidak ada, sehingga danau dan laut bulan hampir datar seperti cermin.

"Ini memberi tahu bahwa kita perlu memastikan kita benar-benar hati-hati," kata Hofgartner tentang studi baru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement