REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lyft, salah satu operator transportasi online di Amerika Serikat (AS) berkomitmen menggunakan kendaraan listril. Dilansir dari Car and Driver pada Jumat (19/6), langkah ini pun akan dilakukan perusahaan yang berbasis di California secara bertahap. Hingga kemudian, pada 2030, Lyft memastikan bahwa seluruh kendaraan yang digunakan merupakan kendaraan listrik.
Presiden Lyft, John Zimmer mengatakan, langkah strategis ini dilakukan untuk mewujudkan transportasi yang lebih ramah lingkungan. "Ini merupakan wujud kerja sama dalam menghadirkan kehidupan yang lebih bersih, sehat dan adil," kata John Zimmer.
Di satu sisi, ia pun mengakui bahwa saat ini memang harga EV masih lebih mahal dibanding dengan kendaraan konvensional. Tapi, ia yakin, beberapa tahun kedepan harga EV akan semakin murah dan akan jauh lebih unggul karena biaya operasioal dan perawatan EV juga lebih murah dari kendaraan konvensional.
Hal ini pun telah ia buktikan dalam beberapa kendaraan listrik yang telah digunakan. Rata-rata, EV mampu memangkas biaya bahan bakar sekitar 50 hingga 70 dolar AS per pekan.
Dari situ, Lyft pun memproyeksikan penggunaan EV nantinya akan mampu memangkas biaya operasional. Diperkirakan, pada 2030, strategi ini mampu memangkas biaya operasional hingga 10 miliar dolar AS.
Soal mobil listrik, di satu sisi, pengembangan mobil listrik bukan berarti tak ada kontroversi. Karena, proses produksi dan sumber energi dari pembangkit tenaga listrik juga sempat dianggap membuat mobil listrik tidak benar-benar ramah lingkungan. Tapi, sebuah riset yang menyeluruh telah berhasil menyanggah anggapan itu.
Dilansir dari BBC pada Maret lalu, riset itu dilakukan oleh University of Nijmegen. Setelah melakukan kalkulasi yang cukup menyeluruh, terbukti bahwa walau bagaimanapun EV menyumbang polusi yang jauh lebih minim dibanding kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil.
Ketua tim peneliti, Dr Florian Knobloch mengatakan, penelitian ini dilakukan dengan kalkulasi yang menyeluruh dan mempertimbangkan skenario terburuk. "Kami tak hanya menghitung polusi yang dihasilkan dari penggunaan mobil listrik tapi juga dampak yang ditimbulkan dari rantai produksi hingga pengolahan limbah," kata Dr Florian Knobloch.
Awalnya, anggapan bahwa mobil listrik tidak terlalu hijau karena masih ada beberapa pembangkit listrik yang menggunakan sumber yang kurang ramah lingkungan. Sehingga, saat jumlah mobil listrik meningkat, maka konsumsi listrik untuk pengisian baterai juga akan melambung dan membuat pembangkit listrik lebih banyak mengeluarkan emisi.
Tapi, kasus itu sebenarnya hanya terjadi di Polandia. Mengingat, pembangkit listrik di negara itu mayoritas masih mengandalkan batu bara.
Sedangkan di negara lain yang sumber energi listriknya lebih beragam, mobil listrik diklaim mampu menekan polusi secara signifikan. Seperti di Perancis dan Swedia, penggunakan mobil listrik mampu menekan polusi hingga 70 persen. Sedangkan di Inggris, penggunaan mobil ramah lingkungan ini mampu menekan polusi hingga 30 persen.