Rabu 24 Jun 2020 00:57 WIB

Jumlah Pelanggan 5G di Global Diperkirakan Capai 190 Juta

Pelanggan 5G di beberapa negara naik akibat pandemi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
5G
Foto: Pixabay
5G

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan 5G di seluruh dunia mencapai 190 juta pada akhir 2020. Pada akhir 2025, pelanggan 5G diperkriakan mencapai 2,8 miliar. Di wilayah Asia Tenggara dan Oceania, 5G diperkirakan mencakup 21 persen pelanggan seluler pada akhir 2025

Country Head of Ericsson Indonesia, Jerry Soper mengatakan orang-orang di seluruh dunia harus mengubah kehidupan sehari-hari mereka akibat pandemi COVID-19. Perpindahan tempat kerja atau proses belajar ke rumah telah menunjukkan pertumbuhan data traffic dari bisnis ke perumahan bergeser dengan cepat. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya konektivitas.

Baca Juga

Sementara pertumbuhan jumlah pelanggan 5G di beberapa negara melambat akibat pandemi, pertumbuhan jumlah pelanggan 5G di beberapa negara lain justru terus meningkat. Hal ini mendorong Ericsson meningkatkan perkiraan pertumbuhan jumlah pelanggan 5G secara global hingga akhir 2020.

Menurut Jerry, keberhasilan 5G tidak hanya diukur dari jumlah pelanggan yang tinggi. Karena dampak dari teknologi ini pada akhirnya dinilai dari manfaatnya bagi masyarakat dan pelaku usaha.

“5G adalah platform yang dibuat untuk inovasi, karena teknologi ini akan merumuskan ulang cara orang berinteraksi, cara masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari, serta cara bisnis bekerja,” ujar Soper dalam acara virtual Ericsson Mobility Report, Selasa (23/6).

Dengan adanya pandemi COVID-19 saat ini juga menyoroti makna penting digitalisasi untuk bisnis di seluruh dunia. Konektivitas memungkinkan perusahaan terus terlibat dengan pelanggan, serta melakukan transaksi bisnis secara online.

Selain itu, kombinasi 5G dan digitalisasi menciptakan peluang baru bagi penyedia layanan untuk memperluas bisnis mereka di luar konektivitas ke berbagai sektor, mulai dari perawatan kesehatan, otomotif hingga manufaktur. Di Asia Tenggara, nilai pendapatan tambahan dari layanan digitalisasi yang menggunakan teknologi 5G untuk penyedia layanan diperkirakan mencapai 41 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2030.

Ericsson Chief Technology Officer for Asia-Pacific, Magnus Ewerbring mengatakan Ericsson bertekad menyediakan solusi teknologi terkemuka untuk memberdayakan pengguna. Jaringan 5G menawarkan kecepatan lebih tinggi, latensi sangat rendah dan jangkauan luas tanpa batas yang memungkinkan pengguna memiliki pengalaman cepat dan mulus.

Pada tahap awal implementasi 5G, cara operator untuk mengatasi pertumbuhan data traffic yang sangat besar adalah dengan peningkatan broadband seluler. Seiring berjalannya waktu, inovasi 5G untuk bisnis baru dan menarik akan hadir bersama use case IoT. Ini akan semakin membuka peluang bagi operator.

“Kami pun percaya keamanan 5G akan memberikan kepercayaan yang memungkinkan sistem 5G dapat memenuhi sebagian besar use case (tersebut),” kata Ewerbring.

Pada saat ini, Ericsson memiliki lebih dari 93 perjanjian atau kontrak 5G komersial dengan penyedia layanan komunikasi berbeda. Sebanyak 40 di antaranya merupakan jaringan yang sudah menyediakan 5G secara langsung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement