REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China telah meluncurkan satelit dalam jaringan navigasi Beidou pada Selasa (23/6) lalu. Langkah itu sekaligus menyejajarkan Beijing dengan negara-negara yang memiliki sistem satelit navigasi global (GNSS) mereka sendiri.
Seperti diwartakan CNN, Jumat (26/6) saat ini Amerika Serikat (AS) Rusia dan Uni Eropa yang memiliki GNSS sendiri. AS menggunakan Global Positioning System (GPS) Rusia dengan GLONASS dan Uni Eropa dengan Galileo mereka.
Sebagian besar orang terbiasa dengan GPS yang biasa digunakan dalam ponsel pintar saat ini hingga pelacakan pesawat dan kapal kontainer di seluruh dunia. China saat ini menawarkan alternatif sistem satelit navigasi global melalui Beidou mereka.
Juru Bicara Partai Komunis China mengatakan bahwa Beido didikan untuk dunia dan seluruh umat manusia. Meski demikian, bukan perkara mudah bagi GNSS yang dapat diselesaikan dalam waktu 20 tahun tersebut.
"Ada harapan bagi China bahwa Beidou bisa menjadi pesaing global untuk GPS, tetapi AS saat ini masih memiliki pangsa pasar absolut," kata anggota Komisi Pembangunan dan Reformasi Pembangunan Nasional China Song Zhongping.
Para ahli berpendapat bahwa langkah China meluncurkan GNSS manufaktur dalam negeri adalah untuk mengurangi pemakaian pada GPS milik AS. China disebut-sebut tidak
ingin bergantung lagi pada GPS khususnya bagi jaringan navigasi angkatan bersenjata mereka.
Direktur Pusat Penelitian Teknik Ruang Angkasa Australia (ACSER) Universitas New South Wales, Andrew Dempster mengatakan bahwa ada beberapa keuntungan bagi negara yang memiliki jaringan GNSS mereka sendiri selain disamping prestise. Dia mengatakan, sebenarnya tidak ada yang unik dengan Beidou buatan China
"Ini hanyalah prestise yang ingin ditampilkan China bahwa mereka bisa melakukannya. Ini sama dengan pergi ke bulan dan menanam bendera untuk kepentingan mereka," kata Dempster.