Jumat 26 Jun 2020 17:21 WIB

Masker Terbukti Mampu Selamatkan Nyawa dari Covid-19

Pakai masker jadi cara signifikan memangkas risiko kematian akibat Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Tak seperti warga Asia, kebanyakan warga Inggris tidak memakai masker di ruang publik.
Foto: www.freepik.com
Tak seperti warga Asia, kebanyakan warga Inggris tidak memakai masker di ruang publik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan riset pasar Inggris YouGov, tim dari Klinik Miyazawa di Hyogo, dan Universitas Houston-Victoria mengumpulkan data lewat model komputer untuk melihat bagaimana berbagai faktor memengaruhi tingkat kematian akibat penyakit Covid-19 di berbagai negara. Hasilnya, penggunaan masker wajah menjadi cara paling signifikan dalam mengurangi risiko kematian akibat Covid-19.

Menurut studi yang tercantum dalam makalah yang diterbitkan pada di situs web pracetak Medrxiv.org itu, pemakaian masker memiliki dampak 70 persen pada tingkat kematian. YouGov meneliti warga di lebih dari 20 negara terkait penggunaan masker di ruang publik umum.

Baca Juga

Proporsi yang menjawab "ya" hanya 21 persen di Inggris, tetapi lebih dari 90 persen di beberapa negara Asia. Di China, misalnya, tidak mengenakan masker di ruang publik dianggap sebuah pelanggaran dan orang asing telah ditangkap karena tidak pakai masker. Di Jepang, kebanyakan orang memakai masker, tapi itu bukan persyaratan hukum.

Selain data masker wajah, studi Jepang juga memperhitungkan usia dan indeks massa tubuh responden, menurut penulis utama Dr Daisuke Miyazawa, seperti dilansir laman South China Morning Post. Abstrak penelitian ini mengatakan "identifikasi prediktor biomedis dan sosial ekonomi untuk jumlah kematian oleh Covid-19 di antara negara-negara akan mengarah pada pengembangan intervensi yang efektif".

"Tingkat pemakaian masker “ditemukan sebagai prediktor terkuat untuk jumlah kematian per juta”, dan semakin cepat orang mulai memakai masker, semakin baik," kata para peneliti.

Hampir 80 persen dari kematian Covid-19 yang dilaporkan pada awal Juni dapat dikaitkan dengan keengganan orang untuk memakai masker wajah pada pertengahan Maret. Mengenakan masker kemudian memiliki beberapa efek positif, tetapi pada awal Mei segala manfaatnya telah tampak mencapai puncaknya.

Sebelumnya, sudah ada beberapa studi yang mengungkapkan signifikansi pemakaian masker. Sebuah studi oleh para peneliti dari University of Cambridge di Inggris pada bulan April menunjukkan bahwa masker universal telah berkontribusi pada peniadaan Covid-19 di semua negara Asia, kecuali India.

Studi lain oleh para peneliti dari California Institute of Technology bulan ini juga menilai masker wajah "cara paling efektif untuk mencegah penularan antarmanusia". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan ini merekomendasikan untuk memakai masker wajah di keramaian.

Mengingat bukti yang terus berkembang, WHO menyarankan bahwa pemerintah harus mendorong masyarakat umum untuk memakainya. Adapun para peneliti Jepang juga menemukan bahwa orang dengan lemak tubuh lebih sedikit tidak mau memakai masker wajah. Ketika orang mengalami obesitas, mereka merasa lebih tidak nyaman mengenakan masker.

"Karena orang dewasa yang gemuk menghirup rata-rata 50 persen lebih banyak udara per hari daripada orang dewasa yang tidak gemuk," kata peneliti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement