Sabtu 27 Jun 2020 21:09 WIB

Open House, Sekolah Bosowa Bina Insani Gelar Webinar

Webinar mengupas optimalisasi perkembangan kognitif dan sosial anak.

Ketua APSI (Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia) Dr Indun Lestari Setyono menjadi nara sumber webinar “Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif dan Sosial Emosional Anak pada Pembelajaran Digital”.
Foto: Dok SBBI
Ketua APSI (Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia) Dr Indun Lestari Setyono menjadi nara sumber webinar “Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif dan Sosial Emosional Anak pada Pembelajaran Digital”.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Sekolah Bosowa Bina Insani, Bogor menggelar webinar dalam rangka Open House 2, Sabtu (27/6).  Webinar yang mengusung tema “Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif dan Sosial Emosional Anak pada Pembelajaran Digital” itu menampilkan dua nara sumber yang ahi di bidangnya.

Keduanya adalah Dr Indun Lestari Setyono MPsi (ketua APSI (Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia)) dan Aman Budi Manduro, SKom, MMSi (Fungsional Pranata Komputer Muda, Pusat Data dan Tekonologi Informasi, Kementerian Hukum dan HAM).

Webinar itu dihadiri para  orang tua calon siswa, orang tua siswa, guru dan stakeholder Sekolah Bosowa Bina Insani.

Indun Lestari memaparkan,  IQ tidak menjamin seseorang menjadi bijak. Emosionallah yang membuat bijak.  Bila seseorang belum bijak, maka patut dipertanyakan bagaimana dia bisa jadi pemimpin?

“Beragam  caranya menanamkan sikap sosial emosional melalui pembelajaran jarak jauh dewasa ini. Orang tua sebagai pengganti guru tetapi diupayakan keberadaan gurupun tetap dirasakan oleh anak.  Bisa saja saat anak berkegiatan bersama orang tua, gurupun memantau kegiatan di rumah.  Hal penting yang kita ajarkan ke anak kita adalah melatih anak untuk bisa ekspresikan ide dan pikiran.  Anak tidak lagi ragu dalam bagaimana cara menyampaikannya. Bisa orang  tua dengan banyak bertanya dan meminta mereka bercerita,” kata Indun dalam rilis SBBI yang diterima Republika.co.id.

Indun menambahkan, penting sekali orang  tua memperhatikan anaknya apakah  ada kesulitan dalam mencurahkan ide pikiran. “Ini tantangan berat buat orangtua.  Tetapi bisa diperbaiki dengan hal gampang sebetulnya. Belajar melalui buku cerita. Membaca dengan suara keras dan menceritakan kembali. Sehingga pemikiran dan ucapannya sinkron. Cukup 5 menit sehari melakukannya.  Tidak usah banyak-banyak.  Selain itu juga dengan cara menemukan kata-kata yang belum dikuasainya.  Terpenting, gerakan mulut, bisa mengkonsep, menceritakan apa yang ada di pikirannya,” ujarnya.

Indun berpesan anak-anak tetap harus beraktivitas. Adanya ayunan, prosotan, naik turun tangga, adalah hal-hal bagus untuk menstimulasi anak.  Anak dibebaskan beraktivitas.  Jangan dihalangi. Dilepas saja biar anggota tubuh bergerak. “Tetapi tetap kita pantau dan jaga keamanannya. Itu  yang terpenting,” tuturnya.

Dalam kesepatan itu, Indun mengemukakan, kemampuan berpikir merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dalam menghadapi era digital. Kognisi dikembangkan melalui proses pemikirannya sendiri. Maka, sikap pendiidk terkonsentrasi pada information processing.

“Informasi yang ditangkap fungsi berpikir harus tepat. Untuk itu dibutuhkan focus.”Informasi yang sampai ota harus diproses oleh potensi-potensi yang dimiliki,” ujarnya.

Potensi tersebut, kata Indun, mencakup kemampuan berpikir asosiasi, kemampuan konsentrasi, daya analisa yang baik, antisipasi sosial, dan pemahaman nilai-nilai sosial.

photo
Aman Budi Manduro, SKom, MMSi.  (Foto: Dok SBBI)

Sementara itu Aman Manduro  menjelaskan bahwa zaman sekarang adalah Internet of Things (IoT). Internet ada di mana mana. “Bukan hanya di laptop atau HP.  Internet  bisa kita temui di CCTV, Smart TV, Imo dan banyak hal lagi. Pemanfaatan teknologi yang bisa kita pergunakan sangat banyak,” kata Aman.

Ia menambahkan, teknologi saat ini bahkan menggantikan aktivitas anak.  Mereka menggambar dan pintar animasi digital, robotik, design 3D dan aktivitas lainnya.  Teknologi ada juga yang meningkatkan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis dengan belajar programming.

“Pembelajaran jarak jauh bisa memanfaatkan e-learning dan learning management sistem.  Bisa juga menggunakan fasilitas yang ada seperti meeting online, ujian online, kelas online dan bahkan aplikasi khusus untuk pembelajaran.  Sekolah memang harus bisa menggambarkan blueprint minimal untuk lima  tahun kedepan. Sebagai masterplan yang dijalankan sekolah,”  tutur Aman.

Aman mengingatkan tentang berbagai sisi negatif teknologi.  Namun zaman Pandemi ini bukan saatnya lagi bertanya siapa yang harus berperan dalam pendidikan anak dan memastikan sesuai tahapan perkembangan anak. 

“Tetapi kita semualah yang berperan untuk itu. Guru dan orangtua. Bersama-sama mengambil peran demi memastikan perkembangan anak sesuai tahapannya, menemukan potensi dan berusaha bijak mendampingi anak dalam sosialisasi dan gaya pendidikan saat pandemi ini dengan diiringi penggunaan media sosial dan gadget secara bijak pula,” papar Aman Manduro.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement