REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dalam pasar mobil hybrid, Toyota memiliki produk andalan bernama Prius. Namun, saat ini Prius yang dipasarkan di Amerika Serikat (AS) dan Kanada sedang mengalami persoalan teknis. Oleh karena itu, pabrikan Jepang itu pun menyikapi dengan program recall.
Dilansir dari Car and Driver pada Ahad (28/6), persoalan yang terjadi pada Prius adalah persoalan yang berkaitan dengan software. Hal ini pun berpotensi membuat mobil kehilangan daya dan berhenti beroperasi secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, Toyota pun menggelar program recall untuk memperbaiki software tersebut. Di AS, Prius yang terlibat dalam program itu sebanyak 267 ribu unit. Sementara itu, di Kanada, total Prius yang tercakup sebanyak 12 ribu unit.
Produk yang mengalami persoalan ini adalah Prius tahun produksi 2013 hingga 2015. Selain itu, persoalan ini terjadi pada Prius V produksi 2014 hingga 2017.
Sebenarnya, sistem hybrid pada mobil itu sudah dilengkapi dengan fail-safe mode. Namun, persoalan software yang ada membuat mode itu berpotensi untuk tidak beroperasi sehingga dapat membahayakan pengendara dan berpotensi mengganggu kinerja inverter.
Saat persoalan ini terjadi, biasanya powertrain tiba-tiba berhenti beroperasi. Namun, power steering dan sistem pengereman masih dapat berfungsi.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, pengendara pun cukup melakukan pembaruan perangkat lunak di dealer resmi secara gratis. Bahkan, jika inverter juga terdampak oleh persoalan ini, Toyota juga akan mengganti inverter.
Program recall akan dilakukan pada Agustus 2020 dan disampaikan kepada konsumen. Dengan adanya program ini, Prius telah mengalami recall sebanyak tiga kali, yakni pada 2014, 2019, dan tahun ini.