REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai penyederhanaan kurikulum khusus pandemi jangan sampai menegasikan mata pelajaran. Wasekjen FSGI, Satriwan Salim mengatakan penegasian ini tentunya akan meresahkan guru mata pelajaran.
"Jangan sampai ini terjadi. Misalnya karena basisnya asesmen kompetensi minimum itu adalah tiga tadi, lalu nanti mata pelajaran yang berdiri sendiri kemudian diintegrasikan," kata Satriwan, pada Republika, Kamis (2/7).
Ia menilai, apabila terjadi integrasi mata pelajaran dengan alasan penyederhanaan kurikulum, akan membuat guru-guru cemas. "Nanti khawatirnya misal mata pelajaran olah raga, agama, dan lain-lain itu bagaimana. Ada kekhawatiran ini dihilangkan," kata dia lagi.
Sejak awal, FSGI memang meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyusun kurikulum khusus pandemi. Namun, penyederhanaan yang dimaksudkan FSGI misalnya merelaksasi kompetensi dasar di mata pelajaran tertentu.
Sebab, Satriwan menjelaskan tidak semua mata pelajaran memiliki kompetensi dasar yang banyak. Selain itu, ia menambahkan, kurikulum yang disederhanakan juga perlu memikirkan agar bisa disesuaikan pada masing-masing sekolah. Kurikulum mestinya bisa mendukung fleksibilitas kontekstualisasi sekolah.
Menurut UU Sisdiknas Pasal 51, pembelajaran mestinya berdasarkan manajemen berbasis sekolah. "Bagaimana sekolah bisa mendesain, bagaimana format mata pelajaran di masa pandemi. Persoalan fleksibilitas atau kontekstualisasi inilah yang selama ini di Kurikulum 2013 belum terjadi," kata dia lagi.