Sabtu 04 Jul 2020 08:54 WIB

Indra Penciuman Penyintas Covid-19 Pulih dalam 4 Pekan

Gejala hilangnya fungsi indra perasa dan penciuman muncul pada pasien Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
CDC menambah daftar resmi gejala Covid-19. Kehilangan indra penciuman dan perasa juga termasuk di antaranya.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
CDC menambah daftar resmi gejala Covid-19. Kehilangan indra penciuman dan perasa juga termasuk di antaranya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dilaporkan jamak yang kehilangan kemampuan indera penciuman atau indera perasa. Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa hampir 90 persen pasien yang memiliki kondisi tersebut akhirnya mengalami perbaikan setelah empat pekan.

Dilansir Fox News, penelitian mengungkapkan kehilangan kemampuan indera penciuman dan perasa merupakan salah satu gejala paling umum dari pasien Covid-19. Secara khusus gejala ini terjadi pada mereka yang tidak mengalami sakit parah.

Baca Juga

Para peneliti mengevaluasi 202 orang dewasa dengan gejala Covid-19 yang ringan di Rumah Sakit Regional Treviso, Italia. Temuan ini dipublikasikan di JAMA Otolaryngology Head & Neck Surgery pada Kamis (2/7).

photo
Tiga gejala baru Covid-19 menurut CDC AS. - (Republika)

Setelah empat pekan, 89 persen pasien Covid-19 melaporkan indera penciuman atau perasanya kembali berfungsi secara tiba-tiba atau mengalami perbaikan pada gejala tersebut. Secara khusus, 55 pasien melaporkan sembuh sempurna, 46 mencatat perbaikan gejala, dan 12 mengatakan bahwa gejala tidak membaik atau menjadi lebih buruk.

Bagi pasien yang benar-benar pulih, gangguan atau gejala kehilangan indera penciuman dan perasa dilaporkan berlangsung sekitar 11 hari. Para peneliti mengatakan bahwa gangguan yang berlangsung lebih lama tidak terkait dengan lebih parahnya infeksi virus corona jenis baru.

Keparahan yang lebih tinggi dari gangguan penciuman dan perasa diyakini karena cedera yang lebih parah dari jaringan di dalam rongga hidung. Para peneliti mengatakan bahwa ini terkait dengan kemungkinan pemulihan yang lebih rendah dalam empat pekan.

Para peneliti juga mengamati hubungan yang tidak bermakna secara klinis antara kekuatan dari gejala-gejala Covid-19 tersebut dan jenis kelamin atau usia pasien.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement