REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Paris selalu ramai saat presentasi Haute Couture bergengsi pada Juli. Hotel-hotel di Paris biasanya penuh dengan fashionista, dan monumen yang berubah menjadi tempat-tempat catwalk.
Namun perubahan akibat pandemi virus Covid-19 memaksa desainer papan atas bereksperimen pada pekan depan dengan pekan mode virtual. Tujuannya, mereka mencoba membuat klien tetap terhubung.
Merek ternama, seperti Christian Dior hingga Valentino terus maju dengan koleksi dan pertunjukan melalui jadwal video terorganisir yang berlangsung mulai 6-8 Juli. Acara itu membantu beberapa pemasok dan pengrajin tekstil terus maju.
“Dampak dari pekan mode maya pada bisnis kami adalah serius, karena tidak ada lagi klien untuk berkeliling,” kata Guillaume Connan, salah satu pengusaha limusin yang biasanya mengangkut A-listers di sela-sela pertunjukan pekan mode, melansir reuters, Ahad (5/7).
Beberapa pekan mode Paris menghasilkan sekitar 1,2 miliar euro (1,35 miliar dolar AS) untuk ekonomi lokal setiap tahun. Kemudian, pada pekan Haute Couture, klub desainer terpilih akan menampilkan pakaian buatan tangan yang unik.
“Saya akan merindukan penonton, saya akan merindukan teman-teman saya,” kata salah satu perancang, Stephane Rolland.
Masih belum jelas terkait format digital untuk pekan mode di Paris. Namun, Paris Fashion Week kemungkinan kembali digelar pada September mendatang secara fisik.