Senin 06 Jul 2020 13:42 WIB

Prototipe Antivirus Eucalyptus Diuji ke 16 Pasien Covid-19

Antivirus eucalyptus yang diuji coba ke pasien Covid-19 dalam bentuk roll on.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Kementan bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memproduksi antivirus dari eucalyptus
Foto: Kementan
Kementan bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memproduksi antivirus dari eucalyptus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prototipe antivirus eucalyptus telah diuji coba ke 16 pasien positif Covid-19. Hasil pengakuan para pasien menyatakan protitpe tersebut membantu melegakan pernapasan.

"Sudah diuji coba ke 16 pasien positif. Kami hanya merekam testimoni mereka tetapi tidak melakukan pengujian terhadpa kondisi ksehatan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Fadjry Jufry dalam Konferensi Pers di Bogor, Senin (6/7).

Baca Juga

Ia menjelaskan, testimoni yang diberikan di antaranya mendapatkan khasiat spesifik setelah menggunakan produk tersebut. Di antaranya melegakan pernafasan, serta menghilangkan pusing, mual, dan rasa nyeri. Selain itu juga membuat perasaan lebih nyaman dan tenang.

"Setelah rutin menghirup aroma roll on, saluran pernafasan saya menjadi lebih lega, segar. Semoga produk tersebut bisa bermanfaat khususnya untuk pasien Covid-19 juga untuk masyarakat umum sebagai antisipasi pencegahan terhadap Covid-19," kata pasien nomor VI, seperti tertulis dalam keterangan resmi Kementan.

Lebih lanjut, Fadjry pun menjelaskan, temuan ecualyptus tersebut tentunya menimbulkan banyak pertanyaan masyarakat. Sebab, sejauh ini produk eucalyptus juga sudah banyak beredar seperti minyak kayu putih.

Ia menuturkan, beda eucalyptus yang diteliti dan dikembangkan Balitbangtan yakni formula terdiri dari beberapa minyak bahan aktif sehingga tidak hanya eucalyptus saja. Namun, secara proporsional, bahan eucalyptus mendominasi.

Karena bahan baku yang digunakan sudah terstandar, maka produk dan kandungan bahan aktifnya juga akan terstandar. "Berbeda bila kita menggunakan kayu putih yang banyak beredar di pasaran. Kandungan aktif cineol 1,8 sangat beragam, dari konsentrasi tinggi, sedang, rendah. Sehingga bila digunakan, konsentrasi bahan aktif harus diukur dahulu agar mampu menetralisir virus yang ada di rongga hidung," katanya.

Fadjry pun membeberkan, produk tersebut untuk saat ini sudah teregistrasi di BPOM. Baik dalam bentuk roll on, inhaler, dan kalung. Namun, masih terdaftar sebagai produk jamu herbal.

Adapun untuk dapat diklaim sebagai antivirus, harus melalui uji klinis yang membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun.

"Kita sadari produk ini masih perlu uji pra klinis dan uji klinis. Kalau sekarang, sudah teregistrasi di BPOM sebagai jamu. Salah satu manfaatnya untuk melegakan pernafasan," kata Fadjry.

Kendati demikian, Fajdry menerangkan bahwa berdasarkan hasil uji di laboratorium pun, produk spesies tanaman eucalyptus yang diteliti Kementan terbukti berpotensi membunuh virus corona, yakni gamma corona dan beta corona. Adapun, corona virus disease 2019 (Covid-19) masuk ke dalam bagian beta corona.

"Ini hasil laboratorium yang mengatakan. Karena itu produk ini sekaligus menjadi prototipe antivirus yang akan terus kita kembangkan," katanya.

Ia pun mengakui, penelitian yang dilakukan masih cukup singkat yakni sejak Maret 2020 di mana pandemi mulai melanda dunia. Hanya saja meski singkat, hasil penelitian memberikan banyak petunjuk bahwa spesies tanaman eucalyptus juga memiliki potensi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement