REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Subandrio mengatakan, semua pihak perlu mewaspadai virus flu babi G4 EA H1N1. Menurut para peneliti, virus ini berkemungkinan dapat menjadi pandemi.
"Karena dia membawa semua gen yang pernah menimbulkan pandemi," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin (6/7).
Hal itu diperkuat dengan pengamatan para ahli terhadap para peternak yang pernah terpapar virus tersebut. Artinya, secara serologi terbukti mereka ada antibodinya terhadap virus itu sehingga menunjukkan ada paparan.
Meskipun demikian, Amin mengatakan, hingga kini belum ada penjelasan bahwa virus tersebut bisa menularkan dari manusia ke manusia. Saat ini penularan baru sebatas hewan ke hewan dan hewan ke manusia.
Ia menjelaskan virus GA EA H1N1 tersebut pada dasarnya bukan hal baru serta telah bersikulasi cukup lama dan keturunan dari H1N1 pandemi Spanyol pada 1918. "Jadi virus ini masih keturunan H1N1 pandemi 2009," ujarnya.
Virus tersebut juga membawa gen EA dan TR. Artinya, virus itu sudah terdapat beberapa gen di dalamnya sehingga menarik perhatian para peneliti yang berpotensi terjadinya pandemi.
Melihat kondisi tersebut, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan, perlu peningkatan surveilans agar virus itu tidak menjadi pandemi di Tanah Air. "Terutama surveilans di hewan," katanya.
Peningkatan surveilans tersebut dibutuhkan sekali. Sebab, pintu masuk virus itu bisa menyebar di Indonesia cukup banyak, kata dia.
Tidak hanya surveilans terhadap ternak, Amin juga menyarankan hal yang sama dilakukan pada manusia terutama para peternak babi. "Itu yang harus dilakukan, tapi sampai saat ini belum ada laporan. Tetapi kita tetap harus waspada jangan sampai kita mengalami beban ganda," ujar dia.
Artinya, jangan sampai muncul masalah baru sementara penanganan pandemi Covid-19 saja belum tuntas, tapi sudah muncul pandemi baru, yakni flu babi GA EA H1N1.