REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Sebanyak 13 sekolah menengah pertama di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kekurangan siswa didik baru tahun ajaran 2020/2021. Hal itu karena jumlah lulusan sekolah dasar lebih sedikit dibandingkan daya tampung jumlah sekolah menengah pertama.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olaraga (Disdikpora) Gunung Kidul Bahron Rosyid mengatakan kuota SMP ada sekitar 12.600 kursi, sedangkan yang lulus SD hanya 9.071 anak. "Ada 13 SMP yang kekurangan kekurangan siswa karena wajar jumlah lulusan SD dan daya tampung SMP sangat banyak," kata Bahron, Senin (6/7).
Selain itu, banyaknya SD yang tidak mendapat siswa disebabkan beberapa faktor diantaranya lulusan TK atau usia tujuh tahun saat ini ada 8.640 siswa. Sampai saat ini yang dilaporkan masuk SD atau MI baik negeri maupun swasta mencapai 7.219 siswa. Sedangkan jumlah tempat duduk di SD sederajat ada 14.051 kursi.
"Sebagian besar SD di Gunung Kidul kekurangan murid, hanya beberapa sekolah yang terpenuhi kuotanya. Satu kelas itu maksimal ada 28 siswa untuk SD," katanya.
Bahron mengatakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tahun pelajaran 2020/2021 akan dilakukan pada 13 Juli 2020. Namun demikian, ia belum bisa memastikan kapan sekolah dengan tatap muka boleh dilaksanakan, meski sekolah itu ada di zona hijau.
"Meski sekolah ada di zona hijau, ada guru yang dari wilayah lain datang ke sekolah nanti bagaimana. Ada sekolah yang ada di perbatasan juga. Kami masih menunggu keputusan dari pusat dan provinsi untuk pelaksanaan belajar dengan tatap muka," kata Bahron.
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawaty mengatakan ada tiga kecamatan di Gunung Kidul berada di zona oranye, yakni Wonosari, Karangmojo, dan Playen. Zona Hijau berada di Kecamatan Gedangsari, Tepus, Rongkop, dan Girisubo. Sementara 11 kecamatan lainnya zona kuning.
"Kami belum bisa merekomendasikan sekolah-sekolah yang ada di zona hijau menyelenggarakan KBM secara tatap muka," katanya.