Selasa 07 Jul 2020 12:12 WIB

Anak-Anak Hadapi Efek Jangka Panjang Terkait Covid-19

Meski tak terlalu rentan terhadap Covid-19, anak hadapi risiko lain dari pandemi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang ibu memasangkan pelindung wajah kepada anaknya saat beraktivitas di Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, Ahad (21/6). Ruang publik dan taman yang sebelumnya sepi tersebut kembali ramai dikunjungi oleh warga untuk sekedar beraktivitas  ataupun berolahraga di tengah pandemi Covid-19
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Seorang ibu memasangkan pelindung wajah kepada anaknya saat beraktivitas di Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, Ahad (21/6). Ruang publik dan taman yang sebelumnya sepi tersebut kembali ramai dikunjungi oleh warga untuk sekedar beraktivitas ataupun berolahraga di tengah pandemi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian telah menunjukkan anak-anak jauh lebih sedikit dipengaruhi oleh virus corona daripada orang dewasa. Tapi pandemi ini dapat memengaruhi kesejahteraan mereka dengan cara lain sebagai konsekuensi jangka panjang.

Seperti dilansir laman Health 24, sebuah analisis yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal memperingatkan potensi efek luas yang secara tidak langsung terkait dengan pandemi pada anak-anak di bawah usia 19 tahun.

Baca Juga

Perawatan kesehatan tertunda

Di Inggris, Irlandia dan Italia, keadaan darurat pediatrik telah turun 75 persen dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu, rumah sakit anak-anak di Toronto telah melihat tingkat penurunan penerimaan pasien 62 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Keluarga memilih menunda perawatan karena berbagai alasan terkait dengan Covid-19, misalnya takut tertular virus di rumah sakit, kendala keuangan, dan terbatasnya akses ke layanan tertutup, seperti klinik. Ada juga kekhawatiran bahwa orang tua harus meninggalkan anak sendirian di rumah sakit karena peraturan pandemi.

Namun, analisis Kanada mengemukakan penurunan penerimaan pasien di rumah sakit dapat disebabkan oleh peraturan penguncian dan karantina. Anak-anak kurang terkena berbagai patogen dan terhindar kecelakaan karena tidak bersekolah, tak bergaul dengan teman-teman, dan tak ada aktivitas ekstrakurikuler, seperti olahraga.

Vaksinasi terhambat

Kekhawatiran utama lainnya adalah penurunan angka partisipasi vaksinasi anak untuk penyakit, seperti gondong dan batuk rejan. Organisasi Kesehatan Dunia harus menghentikan banyak program vaksinasi global karena sumber daya yang terbatas dan terkendala ekspor vaksin.

Di Afrika Selatan, angka Departemen Kesehatan dari pekan lalu menunjukkan bahwa cakupan imunisasi nasional pada bulan April selama lockdown tingkat lima turun dari 82 persen pada bulan April tahun lalu menjadi 61 persen untuk bulan April tahun ini. Yang paling memprihatinkan adalah penurunan tajam dalam tingkat cakupan dari dosis kedua vaksin campak dari 77 persen pada bulan April tahun lalu menjadi 55 persen pada bulan April tahun ini.

Tanpa vaksinasi ini, kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap penyakit ini menurun dan dapat menandai kembalinya campak di masyarakat setelah pandemi mereda.

Kesenjangan dalam perawatan kesehatan ini akan memiliki efek yang bertahan lama serta meningkatkan ketidakadilan dan memperburuk kondisi yang ada. Orang tua dengan anak-anak dengan kebutuhan ekstra juga akan kesulitan jika kendala keuangan atau panduan jarak jauh mencegah mereka mengakses perawatan di rumah.

Trauma mental dan sosial

Selain efek fisik, trauma mental dan sosial akibat pandemi juga berdampak pada kesehatan anak-anak hingga dewasa. Studi telah menunjukkan bahwa stres berkepanjangan memiliki konsekuensi jangka panjang yang parah, seperti peningkatan risiko penyakit kronis, gangguan mental, mengambil kebiasaan yang tidak sehat dan obesitas.

Kehidupan rumah juga tidak sama bagi semua orang. Peraturan lockdown telah menciptakan gelombang kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, tidak hanya di Afrika Selatan. Pemeriksaan kesejahteraan juga menurun karena langkah-langkah jarak sosial.

Dengan resesi ekonomi yang akan datang, kekerasan, kecemasan, dan depresi akan meningkat, dengan anak-anak menginternalisasi tekanan dan perjuangan orang tua mereka.  Perkembangan anak-anak juga mungkin terpengaruh, karena masalah perkembangan akan mudah terlewatkan selama masa ini dan akan memiliki dampak abadi pada masa depan anak-anak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement