REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman dan beberapa perguruan tinggi lain merancang sarana cuci tangan hemat air berbasis energi terbarukan. Meski hemat air, sarana cuci tangan tetap memenuhi syarat kesehatan.
"Kami dengan tim dari UNU Purwokerto dan IPB sedang menginisiasi sistem pencuci tangan resirkulasi sehingga kebutuhan air untuk cuci tangan bisa sangat minimal namun tetap memenuhi syarat kesehatan," kata Ropiudin, peneliti di Universitas Jenderal Soedirman(Unsoed), di Purwokerto, Selasa (7/7).
"Titik kritisnya adalah uji air yang telah digunakan kita manfaatkan kembali. Kelebihan hasil teknologi yang nanti dihasilkan adalah praktis dan efisien sehingga tidak perlu isi ulang untuk beberapa kali penggunaan," sambungnya lagi.
Peneliti senior di Laboratorium Teknik Sistem Termal dan Energi Terbarukan Unsoed ini mengatakan, sarana cuci tangan hemat air dirancang portabel sehingga mudah dipindahkan. Pengembangan sarana cuci tangan hemat air yang bisa digunakan di dalam atau luar ruangan tersebut, menurut dia, ditargetkan tuntas dalam tiga hingga empat bulan ke depan.
"Target awalnya alat tersebut akan kami tempatkan di sekitar wilayah Kabupaten Banyumas atau yang dekat dengan lokasi riset," katanya.
Tim peneliti berharap sarana cuci tangan tersebut bisa meningkatkan kesadaran warga untuk rutin mencuci tangan guna mencegah penularanCOVID-19. Selain untuk mendukung upaya pencegahan penularan COVID-19, menurut Ropiudin, pengembangan sarana cuci tangan hemat air tersebut ditujukan untuk mendukung pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan.
"Target riset ini diharapkan mendukung beberapa target SDGs seperti kesehatan dan kesejahteraan, akses air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, serta infrastruktur, industri dan inovasi," katanya.