REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Pusat kebugaran (gym) di beberapa negara mulai dibuka kembali. Sebagian orang lantas mempertakan apakah aman untuk berolahraga di gym di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi.
Pakar kesehatan masyarakat mengatakan mereka harus mempertimbangkan risiko pribadi sebelum kembali ke gym. Spesialis penyakit menular, Saadia Griffith-Howard, mengatakan orang-orang harus mempertimbangkan risiko tertular virus corona dan penyakit yang disebabkan oleh virus, sebelum kembali ke gym.
"Anda harus membuat penilaian sendiri tentang seberapa risiko (berolahraga di gym) didasarkan pada kondisi medis Anda dan apakah Anda adalah seseorang yang berisiko tinggi terinfeksi," ujar Griffith-Howard seperti dilansir di laman Advisory, Rabu (8/7).
Pesenam yang memiliki kondisi kesehatan seperti penyakit jantung atau orang berusia tua lebih baik mempertimbangkan untuk tinggal di rumah saja. Kepala Divisi Penyakit Menular di Cambridge Health Alliance, Lou Ann Bruno-Murtha, mengatakan orang yang tinggal di daerah yang tingkat Covid-19 tinggi juga harus mempertimbangkan untuk sementara tidak berolahraga di gym.
Pedoman yang harus diikuti oleh gym terkait pembukaan kembali operasional berbeda-beda. Di negara-negara bagian Amerika Serikat (AS) misalnya, gym membatasi kapasitas, mematuhi jarak fisik, dan mendisinfeksi semua peralatan sebelum dan sesudah digunakan.
Para ahli setempat mengatakan sebelum pergi ke gym, orang Amerika harus mempertimbangkan apakah gym yang ingin mereka datangi telah menerapkan langkah-langkah untuk melindungi para member dari virus dan apakah langkah-langkah itu efektif atau tidak.
Sebagai contoh, mereka harus menilai apakah staf di gym memeriksa suhu pengunjung, secara teratur membersihkan peralatan, dan mengenakan masker atau penutup wajah. Begitu pun terkait apakah gym meminta pelanggan mengenakan masker atau penutup wajah. Pengunjung harus mempertimbangkan apakah mereka dapat menjaga jarak setidaknya enam kaki dengan orang lain selama di sana.
Seorang ahli imunologi dan aerobiologis di University of Pittsburgh, Doug Reed, mengatakan ketika berolahraga, seseorang akan bernapas lebih banyak dari yang biasa dilakukan. "Dengan demikian potensi untuk terinfeksi atau menyebar infeksi akan jauh lebih tinggi," ujarnya.