Kamis 09 Jul 2020 00:16 WIB

Abah Onil: Kopi Puntang Punya Rasa Lengkap Seperti Kehidupan

Abah Onil, petani kopi mengatakan Kopi Puntang punya rasa yang lenkap seperti hidup

Abah Onil, Ketua LMDH Bukit Amanah
Foto: Abdan Syakura
Abah Onil, Ketua LMDH Bukit Amanah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUPATEN BANDUNG -- Kopi asal Gunung Puntang, Jawa Barat, kini menjadi primadona di kalangan penikmat kopi sejak berhasil menjadi yang termahal dalam lelang di Atalanta, Amerika Serikat pada 2016 silam. Bagi Deni Sopyandi, petani kopi asal Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, kopi Puntang memiliki rasa yang lengkap seperti kehidupan.

Saat berbincang dengan tim Ekspedisi Republikopi, pria yang akrab disapa Abah Onil itu bercerita, sebenarnya sejak dulu kopi asal Gunung Puntang sudah terkenal di dunia. "Jadi kopi disini masuk dari abad 18, dibawa oleh Belanda. Jenisnya arabica typica, itu sejak dulu memang kopi termahal di dunia," ujarnya.

Baca Juga

Abah Onil melanjutkan, kopi Puntang, khususnya yang ditanam di wilayah perkebunan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Amanah, punya keunikan dimana ada rasa yang berbeda disetiap musim panennya. Seperti pada tahun ini, ada sensasi rasa daun mint jika kita menyeruput kopi tersebut.

"Padahal disini tidak ditanam pohon mint, tapi ya memang itu keunikan kopinya, ada juga yang terasa seperti nangka. Tapi secara umum Kopi Puntang itu punya rasa yang lengkap, ada asam, pahit dan manis, ya seperti kehidupan lah" ucapnya sambil tertawa.

Keberhasilan kopi Puntang menjadi kopi termahal di dunia pada tahun 2016 silam, juga menjadi pendorong semangat bagi para petani yang tergabung dalam LMDH Bukit Amanah. Para petani yang sempat kehilangan semangat untuk menanam kopi lantaran keuntungan nilai ekonomis dianggap tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, kembali terpacu untuk membudidayakan kopi tersebut.

Namun, karena kurangnya pengetahuan tentang cara budidaya kopi yang benar, petani kopi di wilayah itu tetap belum bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari kopi. "Para petani semakin bersemangat setelah mendapatkan bantuan dari Pertamina. Melalui Pertamina EP Subang, para petani mendapat bantuan mesin dan pendampingan. Masyarakat kembali bersemangat karena ada harapan meningkagtkan taraf kehidupan ekonomi mereka melalui kopi," jelasnya.

Abah Onil mengatakan, dengan adanya bantuan dan pendampingan dari Pertamina, para petani mulai bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Sebab, para petani tidak lagi hanya sekedar menjual ceri kopi, namun sudah mulai menjual gabah kopi yang punya harga lebih tinggi. 

"Kalau ceri kopi sekilo harganya cuma sekitar Rp10000. Sementara kalau sudah diproses hingga menjadi green bean harganya bisa menjadi Rp130 ribu sampai Rp140 ribu perkilo," katanya.

"Saya sempat sedih saat dibilang kopi puntang termahal, tapi nyatanya petani tidak merasakan sama sekali. Itu karena petani (disini) dulu belum bisa memproses sendiri. Sekarang kami sudah mulai memproses sendiri sampai greenbean," katanya.

Ia mengatakan, hal itu tidak lepas dari bantuan Pertamina. Abah Onil mengungkapkan, kini tantangan selanjutnya adalah bagaimana mendidik seluruh petani kopi yang tergabung dalam LMDH Bukit Amanah punya pengetahuan dan kemampuan untuk mengolah ceri kopi yang telah dipanen, agar bisa menjadi gabah kering.

"Supaya mendapat harga yang mahal, maka kopi harus diproses sampai greenbean. Setelah disuport Pertamina Subang, kelengkapan komplit, tinggal keilmuan belum merata," ucapnya.

Kini, para petani LMDH Bukit Amanah juga sudah mulai menjual biji kopi yang telah disangrai dengan nama Puntang Wangi Coffee. Abah Onil bermimpi dengan keberhasilan ini, para petani mampu bukan hanya meningkatkan taraf kehidupan mereka, namun juga memberikan pendidikan yang tinggi bagi anak-anak mereka.

"Anak-anak petani sebagian besar hanya tamatan SD dan SMP. Nah dengan ini saya berharap pendidikan mereka bisa meningkat," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement