Jumat 10 Jul 2020 00:07 WIB

Kang Aleh: Potensi Kopi Indonesia Berjaya di Dunia Besar

Kang Aleh, dari Java Preanger Coffee Gunung Tilu yakin kopi Indonesia bisa berjaya

Mochamad Aleh Setiapermana (Kang Aleh) dari Java Preanger Coffee Gunung Tilu
Foto: Abdan Syakura
Mochamad Aleh Setiapermana (Kang Aleh) dari Java Preanger Coffee Gunung Tilu

REPUBLIKA.CO.ID, PANGALENGAN -- Mochamad Aleh Setiapermana, Ketua Koperasi Produsen Kopi Margamulya, optimistis kopi asal Indonesia bisa berjaya tidak hanya di dalam negeri maupun luar negeri. Kang Aleh, sapaan akrab pria itu, menilai dibandingkan negara-negara lain, Indonesia punya potensi besar untuk menjadi produsen kopi nomor satu di dunia.

"Lebih akan lebih (Kopi Indonesia berjaya), negara-negara lain potensi kopinya sebenarnya kecil, tapi Indonesia luar biasa," ucapnya ketika ditemui oleh tim Ekspedisi Republikopi di Pangelengan, Kabupaten Bandung, Kamis (9/7).

Baca Juga

Sebagai petani kopi asal Jawa Barat, ia mengatakan untuk Provinsi Jabar saja potensi kopinya sangat besar. Kang Aleh mengatakan, dari 31 kecamatan di Jabar, 26 kecamatan diantaranya punya potensi untuk pengembangan kopi. Menurutnya, meski secara pengolahan mekanis, Indonesia tertinggal dari negara lain, namun bukan berarti peluang kopi nusantara berjaya menjadi kecil. Menurutnya, cara pengolahan secara tradisional justru yang bisa menjadi salah satu nilai jual kopi asal Indonesia.

"Saya pernah lihat negara lain potensinya segitu-gitu aja, walau secara pengolahan mekanis negara lain unggul, tapi dengan cara itu (pengolahan secara tradisional) kita bisa jadi juara. Dengan pengolahan secara tradisional, kopi kita saja tetap menjadi yang terenak," katanya.

Meski begitu, bukan berarti tidak perlu adanya pengembangan teknologi dalam pengolahan kopi di Indonesia, sebab hal itu juga penting dikembangkan di masa mendatang. Selain itu, untuk menjadikan kopi Indonesia kembali berjaya, menurutnya juga perlu dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari pemerintah.

"Pemerintah juga harus memberikan perhatian, sebab, jika nama kopi asal Indonesia baik, kualitasnya terus meningkat, pemerintah juga mendapat keuntungan," ucapnya.

Selain dari pemerintah, Kang Aleh mengatakan dukungan juga harus datang dari masyarakat umum. Ia berharap rakyat Indonesia bisa lebih menyukai kopi asli Indonesia. "Semua orang Indonesia harus menyukai kopi Indonesia. Berikan dukungan bagi petani, yang selain menanam kopi juga membantu menghijaukan alam, dengan cara membeli kopinya, kopi asli Indonesia," ujarnya.

Terakhir, yang paling penting adalah dari petani kopi sendiri. Menurutnya, selama petani kopi bersungguh-sungguh dalam membudidayakan kopi dan menghasilkan ceri kopi berkualitas, maka masa depan dunia kopi Indonesia akan cerah.

"Menurut saya, selama petani kopi, suka kopi, suka minum kopi, bakal cerah dibidang kopi, ketakutan kita selama petani kopi tidak suka kopi, sebab dalam agama Islam juga dikatakan barang siapa yangg sayang dengan diri itu sebagian dari iman, masa petani kopi belanja kopi ke orang lain," katanya lagi. 

Kang Aleh mengatakan potensi ekspor kopi asal Indonesia ke negara-negara lain di dunia sangat terbuka lebar. Ia melanjutkan, kopi Java Preanger Gunung Tilu, hasil olahan dari Koperasi Produsen Kopi Margamulya (KPKM) yang dipimpinya adalah salah satu contohnya. Kang Aleh mengungkapkan, sebagian besar biji kopi Java Preager Gunung Tilu diekspor ke negara lain seperti Jepang, Belanda dan Prancis. 

"Saya perhatiin, banyaknya itu keluar negeri, green bean yang kita punya rata-rata 150 ton permusim panen itu dibeli oleh eksportir, kalau diperhatikan kirimnya kemana ada yang ke jepang, belanda, perancis. Sekarang banyak pemintaan dari AS, makanya lagi proses sertifikat uni eropa. Kebanyakan di ekspor meski bukan kami yang ekspor karena kami saat ini masih supplier," jelasnya.

Kang Aleh dan kelompok taninya mendapat pembinaan dan pinjaman dari Bank BNI untuk pengembangan kopi mereka. Kang Aleh menyatakan arti penting binaan yang dilakukan BNI sehingga mampu meningkatkan produksi kopi dan mengangkat kesejahteraan petani.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement