Jumat 10 Jul 2020 06:03 WIB

Kopi, Warisan Islam untuk Dunia (1)

Sejarah kopi tak lepas dari sejarah Islam dan masyarakat Muslim sebagai penemu kopi.

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Elba Damhuri
Pekerja menjemur biji kopi arabika di Kecamatan Bandar Baro, Aceh Utara, Aceh, Sabtu (13/6/2020). Sejumlah petani kopi setempat mengatakan harga kopi Aceh terus mengalami penurunan dari Rp65 ribu per kilogram pada awal tahun menjadi Rp40 ribu per kilogram saat ini akibat menurunnya permintaan dari dalam negeri maupun luar negeri semenjak merebaknya wabah COVID-19 di seluruh dunia.
Foto: ANTARA/Rahmad
Pekerja menjemur biji kopi arabika di Kecamatan Bandar Baro, Aceh Utara, Aceh, Sabtu (13/6/2020). Sejumlah petani kopi setempat mengatakan harga kopi Aceh terus mengalami penurunan dari Rp65 ribu per kilogram pada awal tahun menjadi Rp40 ribu per kilogram saat ini akibat menurunnya permintaan dari dalam negeri maupun luar negeri semenjak merebaknya wabah COVID-19 di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Ani Nursalikah

Kopi dan peradaban Islam tak bisa dipisahkan. Sejarah kopi adalah sejarah budaya masyarakat Muslim. Kopi kini menjadi kebutuhan miliaran penduduk dunia.

Lebih dari 1,9 miliar cangkir kopi diminum setiap hari diseluruh dunia. Jumlah itu cukup untuk memenuhi sekitar 3.000 kolam renang ukuran Olimpiade setiap hari. 

Kopi telah menjelma menjadi industri global dan menjadi produk komoditas kedua terbesar di dunia. Rekor tersebut hanya dapat ditandingi oleh minyak bumi.Tanaman kopi berasal dari hutan dataran tinggi Ethiopia.

Tanaman pertama ditemukan tumbuh liar di daerah Kaffa, asal mula nama kopi berasal. Kata “coffee” resmi menjadi bahasa Inggris pada 1598 yang berasal dari bahasa Belanda, “koffie”. Sedangkan, “koffie” dipinjam dari Turki “kahve” yang berasal dari bahasa Arab “qahwa”.

Sebuah legenda populer bercerita tentang seorang gembala kambing bernama Kaldi pada abad ke-9. 

Suatu hari dia melihat kambing-kambingnya berperilaku aneh. Kambingnya menjadi lebih berenergi, saling berkejaran, dan mengembik dengan keras.

Ia melihat mereka sedang makan buah merah dari semak-semak di dekatnya. Merasa lelah dan sedikit penasaran, Kaldi memutuskan mencoba beberapa buah. 

Ia pun menjadi segar kembali. Kisah tertulis mengenai Kaldi baru muncul dalam manuskrip bertahun 1671 M. 

Alih-alih memakan buah kopi begitu saja, biji kopi direbus sehingga tercipta al-qahwa. 

Kaum sufi di Yaman meminum al-qahwa dengan alasan yang sama dengan kita saat ini, yakni agar tetap terjaga saat berzikir dan shalat malam.

Tidak diketahui dengan pasti kapan kopi ditemukan. Kopi mulai dibudidayakan di Yaman sekitar 575 Masehi. 

Sebuah legenda Islam dalam manuskrip Abdul al-Kadir menuturkan tentang bagaimana Syekh Omar menemukan kopi tumbuh liar saat ia bertapa di dekat pelabuhan Mocha di Yaman. Ia kemudian merebus beberapa buah dan merasakan minuman tersebut memiliki efek merangsang dan menyembuhkan.

Kemungkinan lain, kopi menyebar ke Yaman melalui budak-budak Sudan. Para budak memakan biji kopi untuk membantu tetap hidup karena mereka mendayung kapal menyeberangi Laut Merah, di antara Afrika dan Semenanjung Arab.

(Bersambung)

BACA JUGA: Petani Kopi Sejahtera, Kopi Indonesia Mendunia

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement