REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Vaksin tuberkulosis (TB) yang telah ada sejak satu abad lalu mungkin memiliki peran penting dalam mengurangi kematian akibat infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Hal Ini diungkapkan oleh sebuah studi terbaru dari Tim peneliti di National Institute of Allergy and Infectious Diseases of the National Institutes of Health di Amerika Serikat (AS).
Para peneliti membuat keterkaitan vaksin TB yang dikenal sebagai Bacille Calmette-Guerin, atau BCG, setelah membandingkan data tentang tingkat kematian Covid-19 di seluruh dunia. Dalam studi ini, ditemukan bahwa beberapa wilayah Amerika Latin, diantaranya adalah Pernambuco, Rio de Janeiro dan Sao Paulo di Brazil dan Mexico City di Meksiko - Memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah daripada negara bagian di AS seperti New York, Illinois, Louisiana dan Florida.
"Ini luar biasa, mengingat bahwa wilayah di Amerika Latin memiliki kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara Amerika yang dianalisis, termasuk New York," tulis rekan penulis Carolina Barillas-Mury, seperti dilansir Business World, Jumat (10/7).
Di sejumlah negara Eropa, seperti di Jerman juga terdapat hasil yang mengejutkan terkait angka kematian akibat COVID-19 adalah 2,9 kali lebih tinggi di wilayah Barat dibandingkan Timur. Selain itu, tingkat kematian di Italia empat kali lebih tinggi daripada di Finlandia
Menurut penelitian, tempat-tempat di mana angka kematian lebih rendah bervariasi dalam hal distribusi usia, pendapatan, dan akses perawatan kesehatan, tetapi mereka semua memiliki satu kesamaan mengenai program vaksinasi TB. Sebagai contoh, di Jerman, rencana imunisasi BCG berbeda sebelum negara itu bersatu pada 1990.
Di wilayah bekas Jerman Timur, anak-anak mulai menjalani vaksin TB satu dekade lebih awal daripada di Jerman Barat, yang berarti lebih banyak orang Jerman yang lebih tua di bagian timur negara itu kemungkinan besar telah diberikan vaksin. Orang lanjut usia diyakini rentan terhadap COVID-19.
Berdasarkan data, para peneliti memperkirakan bahwa peningkatan 10 persen dalam cakupan vaksin TB dapat menyebabkan penurunan 10 persen dalam kematian akibat indeksi virus corona jenis baru. Studi terbaru ini menentang pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya tenyang potensi BCG terhadap COVID-19.
BCG menjadi nama yang diberikan oleh mikrobiolog Prancis bernama Albert Calmette dan Camille Guerin yang mengembangkan vaksin dengan kandungan strain hidup Mycobaterium bovis, yang terkait dengan bakteri penyebab TB.
Penyakit, yang menyebabkan satu dari tujuh kematian di Amerika dan Eropa pada pergantian abad ke-20, menjadi dapat dicegah setelah vaksin diperkenalkan pada 1921.
Studi sebelumnya juga pernah menemukan bahwa vaksin BCG juga dapat memberi anak-anak perlindungan luas terhadap penyakit lain seperti infeksi saluran pernapasan yang tidak terkait dengan TBC.
Puti Almas