Senin 13 Jul 2020 10:06 WIB

Perjodohan Kampus dan Industri, Menguntungkan Siapa?

Apa itu Kampus Merdeka versi Kemendikbud?

Rep: Retizen/ Red: Elba Damhuri
Kampus Merdeka.
Foto: ilustrasi
Kampus Merdeka.

RETIZEN -- Penulis: Lestari Sormin, SE*

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menjalankan salah satu programnya yakni Kampus Merdeka.

Program yang telah diusung sejak awal tahun 2020 ini bertujuan untuk menghasilkan mahasiswa yang unggul dan bisa menjadi pendisrupsi revolusi industri 4.0. 

Salah saru cara untuk sampai pada tujuan tersebut, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, adalah dengan menjodohkan antara kampus dan industri. 

Kampus dianggap sebagai mesin penghasil Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan industri. 

Namun, pada dasarnya, kampus bukanlah sekedar pencetak SDM yang cocok untuk industri dalam artian mesin penghasil buruh, bukan. Kampus adalah wadah bagi kaum intelektual dan terpelajar untuk menyalurkan ide dan gagasan, prestasi, bahkan pergerakan untuk menyuarakan kebenaran. 

Kampus merupakan tempat di mana nasib rakyat difikirkan dan dicari penyelesaian untuk dipecahkan. Kampus juga saluran idealisme yang masih terjaga tanpa ditunggangi kepentingan.

Apabila kampus dialihfungsikan menjadi tempat sekedar pencetak pekerja sesuai yang dimaui oleh industri, sungguh hal ini mengkerdilkan peran pendidikan tinggi. 

Mahasiswa tidak lagi diharapkan menjadi sosok yang memiliki idealisme tinggi untuk memperjuangkan kebenaran dan menyuarakan hak-hak rakyat, namun seakan dibentuk menjadi orang-orang yang diidamkan oleh perusahaan. 

Dianggap berprestasi bila kemampuan yang dimiliki memang yang dibutuhkan perusahaan. Alhasil, fokus pendidikan adalah untuk memberi keuntungan pihak industri.

Memang, hal ini tidak mengherankan sebab begitulah tabiatnya sistem saat ini. Seluruh lini diliberalisasi, tidak terkecuali bidang pendidikan. Kampus pun bak komoditi yang harus mampu menghasilkan faktor produksi berupa sumber daya manusia bagi industri. 

Alhasil, bukan lulusan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap permasalahan rakyat yang menjadi produk kampus namun yang hanya memiliki kepedulian terhadap kepentingan diri sendiri.

*Lestari Sormin, SE, Guru SMK di Kota Medan. Penulis banyak belajar dunia kepenulisan di UKM Pers Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement