RETIZEN -- Pengirim: Fajri Hamdan*
Sebagian bangsa Barat berjiwa penjajah memang terkenal munafik dan lupa sejarah masa lalu.
Mereka sekarang berlagak sebagai pembela HAM dan demokrasi, padahal dulu mereka adalah pembantai umat manusia dari Amerika Latin sampai Afika.
Mereka, oknum-oknum Barat yang sok pahlawan modern, lupa sejarah jika dulu mereka adalah perampas kekayaan negara-negara lain.
Begitu juga dalam soal Hagia Sophia yang berubah menjadi masjid, ada kalangan Barat yang menentang keras dan mereka juga lupa sejarah.
Barat lupa ada ratusan bahkan ribuan masjid yang mereka tutup, mereka ubah jadi masjid, jadi kafe, jadi markas militer, hingga menjadi sekolah.
Jejak sejarah ini bisa kita lihat di Yunani, Italia, Spanyol, Siprus Yunani, Israel, dan lain-lain.
Ketika Turki mengubah Hagia Sophia jadi masjid, mereka ribut. Sepertinya mereka mengidap penyakit pelupa akut.
Hak Turki dan Erdogan untuk menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid, seperti hak Spanyol, Italia, Yunani dan lain-lain yang mengubah masjid jadi gereja.
Amerika juga sudah tidak punya wewenang untuk bicara toleransi. Kasus-kasus memalukan terkait pelanggaran HAM, diskriminasi, rasialis, hingga kebanggaan atas kulit putih semakin hari semakin memalukan di Amerika.
Muslim diserang, masjid diserang. Amerika seperti ini sudah tidak ada lagi otoritas bicara toleransi soal Hagia Sophia.
Ingat, tak ada toleransi yang dilanggar di Hagia Sophia. Turki sudah 500 tahun lebih urus dan besarkan Hagia Sophia.
Jadi, hati-hati bicara toleransi ya. Maju terus Presiden Erdogan. Maju terus Turki.
*Pengirim: Fajri Hamdan, Banda Aceh, NAD