REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Mahasiswa Program Studi (Prodi) Peternakan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Warida Rahmani, membuat penyanitasi tangan atau hand sanitizer berbahan alami dari tanaman lidah buaya dan daun sirih. Inovasi tersebut dibuat dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) Penanganan Covid-19 UNS di Desa Uteran, Kecamatan Geger, Madiun, Jawa Timur.
Warida mengungkapkan, hand sanitizer dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar, termasuk tumbuh-tumbuhan. "Saya memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan sekitar. Daun sirih merupakan antiseptik alami yang dapat membunuh kuman, kemudian lidah buaya dipakai sebagai pelembab di kulit. Selain itu, saya juga membuat video tutorial yang saya sosialisasikan kepada ibu-ibu arisan," kata Warida seperti tertulis dalam siaran pers, akhir pekan lalu.
Pembuatan hand sanitizer tersebut cukup mudah untuk dilakukan karena prosesnya sederhana. Pertama, lidah buaya dan daun sirih dipotong kecil-kecil kemudian direbus secara terpisah selama 15 menit. Kemudian, hasil rebusan daun sirih dan lidah buaya didinginkan terlebih dahulu. Setelah dingin, kedua bahan tersebut kemudian dicampur di dalam satu wadah dan ditambahkan perasan air jeruk nipis. "Perasan jeruk nipis ditambahkan sebagai aroma pada hand sanitizer," jelasnya.
Selain membuat hand sanitizer, Warida juga membuat program lainnya menangani permasalahan Covid-19 di desanya seperti pembuatan pelindung muka atau face shield, pembuatan masker kain, hingga mendukung pemahaman masyarakat terhadap Covid-19. Masyarakat merespons positif terhadap program-program tersebut.
"Alhamdulillah program yang saya jalankan mendapat respons positif dari warga Desa Uteran, baik dari Ketua RT, warga hingga pemuda karang taruna. Saya juga menggandeng mahasiswa dari IAIN Tulungagung dan IAIN Ponorogo untuk ikut membantu dalam program KKN saya sehingga terjalin kolaborasi," katanya.
Dalam mendukung perekonomian masyarakat, Warida juga membuat pasar daring melalui grup Whatsapp. Meskipun sudah banyak pasar daring, untuk jangkauan satu kecamatan yang cenderung kecil menurutnya lebih efektif menggunakan grup Whatsapp."Ada sekitar 250 orang yang masuk dalam grup tersebut, terdiri dari penjual dan pembeli. Grupnya sangat aktif dan masyarakat juga sangat kreatif dalam berniaga secara online," imbuhya.