Selasa 14 Jul 2020 06:17 WIB

Kisah 'Pendekar Kopi' Cupunagara Bantu Perekonomian Petani

Abah Cucu bahagia usahanya menanam kopi bisa membantu perekonomian petani.

Abah Cucu, petani kopi Desa Cupunagara, Subang
Foto: Abdan Syakura
Abah Cucu, petani kopi Desa Cupunagara, Subang

REPUBLIKA.CO.ID, CUPUNAGARA -- Abah Cucu, petani kopi asal Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, merasa bahagia melihat masyarakat di lingkungannya bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menanam kopi. Di umurnya yang sudah 73 tahun, Abah Cucu berharap petani kopi di Desa Cupunagara bisa meningkatkan keahlian dalam memproses pascapanen, sehingga nilai jual kopi yang ditanam mereka bisa lebih bertambah.

Saat ditemui di kediamannya, Abah Cucu bercerita bagaimana awal dirinya menamam kopi di desa yang terletak di pegunungan Nyalindung. Abah mengatakan, cerita berawal ketika suatu hari dirinya bertemu dengan produsen kopi yang menawarkan untuk membudidayakan tanaman kopi.

Baca Juga

Singkat cerita, Abah Cucu merasa tertarik untuk mencoba menanam kopi. Pada tahun 2012, dirinya mulai menanam 37 pohon kopi yang didapat dari produsen kopi tersebut. Perlahan, usahanya membuahkan hasil. Kopi yang ditanam di sekitar kediamannya, menghasilkan ceri kopi yang kemudian diolahnya secara tradisional. Meski berhasil, saat itu Abah belum berani mengajak masyarakat sekitar yang umumnya petani palawija untuk ikut menanam kopi.

Abah kemudian, mendapat kembali bantuan sebanyak 2000 pohon kopi yang kemudian ditanam di lahannya. Setelah masa panen, biji kopi olahan abah laku di jual, dan hal itu membuat masyarakat mulai tertarik untuk ikut menanam kopi.

"Setelah ada bukti, baru ajak masyakat tanam kopi. Saat itu cara abah mengajak bukan meminta masyakarat untuk pindah sepenuhnya dari menanam palawija ke kopi, tapi dengan cara tumpang sari. Sebab, nantinya bisa ada penghasilan tambahan, selain dari hasil menjual sayur mayur juga dari kopi," katanya, Senin (14/7).

Abah Cucu mengatakan, bibit pohon kopi yang didapat dari bantuan pihak luar kemudian dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat. Warga yang berminat untuk menanam kopi, hanya perlu membayar ongkos untuk mengakut bibit pohon kopi dari luar masuk ke Desa Cupunagara. Abah mengungkapkan, saat ini sudah ada 100 hektar tanah di wilayah tersebut yang ditanami pohon kopi.

"Alhamdulillah perekonomian petani terangkat. Menanam palawija berjalan terus, sambil juga menanam kopi. Sehingga ada pilihan, kalau harga sayur mayur sedang turun, bisa mendapat penghasilan dari hasil menjual pohon kopi, karena harga jual kopi stabil, sehingga pendapat petani bertambah," ucapnya.

"Abah tidak pernah merasa berjasa (menjadi pelopor menanam kopi Arabica di Desa Cupunagara), Abah hanya bangga melihat perekonomian masyarakat ikut terangkat, jadi Alhamdulillah," ujarnya menambahkan.

Kini, Abah Cucu berharap petani bisa meningkatkan pengetahuannya bukan hanya dalam hal menanam dan merawat pohon kopi hingga panen tiba. Namun, petani juga meningkatkan pengetahuannya untuk bisa memproses pascapanen hingga menjadi green bean.

"Harapan abah, petani kopi disamping menanam kembali memperluas areanya untuk tambah perekonomian mereka, diharapkan yang bisa mengelola kopi seperti abah ini bertambah, harus ada yg ikuti abah, sehingga keuntungannya naik lagi, jangan cuma sampai jual ceri kopi saja, minimal sampai green bean, sehingga nilai jual ada tambahnya," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement