REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian pasien kanker mungkin merasa khawatir untuk datang ke rumah sakit di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, di awal-awal kemunculan pandemi Covid-19 banyak panduan internasional yang menyarankan masyarakat untuk menghindari rumah sakit sementara waktu.
"Sekarang mulai berubah, karena orang kan juga terus melakukan penelitian," ungkap spesialis bedah konsultan onkologi dr Farida Briani Sobri SpB(K)Onk dalam edukasi kanker payudara yang diselenggarakan Cancer Information and Support Center (CISC).
Mengacu pada penelitian dalam Journal of Cancer, Farida mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pasien kanker mengalami peningkatan risiko terkena infeksi Covid-19, Artinya, orang-orang tanpa kanker dan pasien kanker memiliki risiko yang sama terhadap Covid-19.
Sebuah studi di Italia juga dilakukan untuk mengetahui apakah pengobatan kanker perlu ditunda atau tidak selama pandemi Covid-19. Hasil studi menunjukkan bahwa pengobatan kanker harus tetap dilakukan dan tidak boleh ditunda. Akan tetapi, hal ini perlu diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan yang baik di lingkungan rumah sakit untuk menekan risiko penularan Covid-19.
"Lalu setiap kali ada pasien kanker yang demam atau flu, langsung di skrining," ujar Farida.
Data dari Inggris dan Prancis pun menunjukkan hal senada. Mengacu pada kejadian di kedua negara tersebut, pasien kanker payudara yang sedang atau sudah berobat memiliki risiko kematian atau kejadian fatal yang sama dengan orang yang tidak kanker atau tidak sedang berobat kanker.
"Sama risikonya. Angka kematiannya sama, angka fatalnya sama," ujar Farida.
Dengan kata lain, Farida mengatakan, hal yang menyebabkan terjadinya fatalitas atau kematian pada kasus Covid-19 bukanlah kanker atau pengobatan kanker, akan tetapi komorbiditasnya. Ada dua komorbiditas yang utama dalam hal ini, yaitu usia di atas 70 tahun dan hipertensi.
"Jadi nggak ada alasan kita nggak berobat sebetulnya," kata Farida.