Kamis 16 Jul 2020 08:27 WIB

Tak Terkenal di Bumi Namun Terkenal di Langit

Meski cacat, ia adalah pemuda yang shalih dan sangat berbakti pada ibunya

Red: A.Syalaby Ichsan
Ustaz Wahyudi
Foto: Dok Pribadi
Ustaz Wahyudi

Oleh Ustaz Wahyudi (Pengasuh Lembaga Bimbingan Quran dan Bahasa Arab, Ibnu Abbas, Limbangan, Semarang)

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak banyak yang tahu tentang Uwais Al-qarni. Seorang pemuda asal negeri Yaman yang tidak banyak orang mengenalnya, namun terkenal di langit.

Uwais Al-Qarni berasal dari kabilah Murad, lalu dari Qarn (bagian dari Murad). Uwais al-Qarni sangat dicinta Rasulullah     dan penduduk langit, dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :

“ Sesungguhnya Tabi’in yang terbaik adalah seorang laki-laki yang bernama Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Jika bertemu dengannya, perintahkanlah padanya untuk memintakan ampun untuk kalian..”Demikian Sabda Nabi     kepada Umar bin Khatab. 

Uwais Al-Qarni berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Meskipun cacat, ia adalah pemuda yang shalih dan sangat berbakti pada ibunya.  Ibunya adalah seorang perempuan tua yang lumpuh. Uwais tak pernah lelah merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang belum ia laksanakan.

Suatu hari ibunya berkata , “ anakku, mungkin ibu tidak lama lagi akan bersama denganmu, ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji “ pinta ibunya. Uwais terkejut, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir yang tandus dan panas. Orang-orang biasa menggunakan unta dan  banyak perbekalan. Namun  Uwais sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar, kemudian dibelilah seekor anak lembu.

Subhanallah, ternyata Uwais membuatkan kandang dipuncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “ Uwais gila...Uwais gila..” kata orang-orang. Ya, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang  terlewatkan. Dia menggendong lembu naik turun bukit, makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan setiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi. 

Setelah delapan bulan berlalu, sampailah musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg. Begitu juga badan Uwais kian kuat. Dia menjadi kuat mengangkat barang.  Tahulah sekarang orang-orang  apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah. Alangkah besarnya cinta Uwais kepada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di  Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata ketika melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdo’a. “ ya Allah, ampuni semua dosa ibu,’ kata Uwais.” Bagaimana dengan dosamu ? “kata ibunya heran”. Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho ibu yang akan membawaku ke surga. “

Itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah  pun memberikan karunia-Nya, Uwais seketika itu disembuhkan dari penyakit sopaknya, hanya tinggal bulatan putih ditengkuknya. Hikmah disisakannya bulatan putih ditengkuk itu sebagai  tanda bagi Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib , dua sahabat utama Rasulullah   untuk mengenali Uwais.

Umar dan Ali sengaja mencari Uwais disekitar Ka’bah karena Rasulullah     berpesan: “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia, dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman dan dia akan muncul dizaman kamu. Carilah dia, jika berjumpa dengannya mintalah doa untuk kalian berdua.

Kisah Bertemunya Umar Bin Khattab   رضي الله عنه   dengan Uwais Al-Qarni

Ketika Umar disambangi oleh rombongan pasukan dari Yaman, “ia berkata, apakah dalam rombongan kalian ada yang bernama Uwais Al-Qarni” ? kemudian Umar mendatangi seseorang diantara rombongan itu dan berkata “ benarkan engkau Uwais  bin “amir” ? “Uwais menjawab, “ Iya benar .” Umar bertanya lagi, “ Benar engkau dari Murad, dari Qarn ?” “Uwais menjawab, “iya”. “Umar bertanya lagi, “ apakah benar engkau memiliki seorang ibu  “? “Uwais pun menjawab, “iya”.

Umar berkata “Aku pernah mendengar Rasulullah     bersabda: “nanti akan datang seseorang  bernama Uwais bin Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia memiliki seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan apa yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni , mintalah kepadanya.”

Kemudian Umar berkata, “mintalah kepada Allah   سُبْحَانَهُ وَ تَعَال   untuk mrngampuniku.” Kemudia Uwais mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah     سُبْحَانَهُ وَ تَعَال     . Umar kemudian bertanya kepada Uwais, “Engkau hendak kemana wahai Uwais? ‘Uwais menjawab, “ke Kufah”. 

“ Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggung jawabdi negeri Kufah supaya membantumu ?” kata Umar. Uwais Al-Qarni menjawab, “Aku lebih suka menjadi orang yang lemah (miskin).”

Kata Imam Nawawi, Uwais adalah orang yang menyembunyikan keadaan dirinya. Rahasia  yang ia miliki cukup dirinya dan Allah yang mengetahuinya.  Tidak ada sesuatu yang nampak pada orang-orang tentang dia. Itulah kisah tentang hamba Allah yang shalih (Uwais Al-Qarni).

Sejarah mencatat orang-orang shalih yang tersembunyi dari publik, tidak pernah terkenal dimata manusia namun mulia dihadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَال .

Begitu banyak manusia yang terkenal di dunia, namun tidak tercatat sebagai hamba yang shalih atau orang yang beriman, begitu banyak orang yang popoler dengan hartanya, dengan jabatannya, dengan statusnya namun tidak mulia dihadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَال .

Hamba Allah yang shalih meski marjinal secara profesi, lusuh secara status sosisal , namu bertagwa kepada Allah  سُبْحَانَهُ وَ تَعَال   . Keadaannya tidak membuatnya kufur nikmat dan meratap. Bahkan sebagian besar orang-orang shalih hidupnya dalam kondisi memprihatinkan keadaan materinya.Semoga kita dapat mengambil ibroh dengan kisah  Uwais Al-Qarni dan hamba-hamba Allah (orang-orang shalih). Wallahu Ta’ala A’lam .

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement