Jumat 17 Jul 2020 07:14 WIB

Resimen Mahasiswa IPB University Perkuat Jiwa Bela Negara

Pendidikan bela negara perlu adaptif dan inovatif.

Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria saat berbicara pada seminar online bela negara.
Foto: Dok IPB
Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria saat berbicara pada seminar online bela negara.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Karakter bangsa memegang kata kunci dalam proses kemajuan suatu bangsa. Negara dengan karakter bangsa yang kuat, dapat dianalogikan dengan kendaraan bertenaga besar, yang mampu melajukan kendaraan dengan cepat, sehingga karakter bangsa berfungsi melipatgandakan kekuatan. Nilai-nilai luhur budaya bangsa harus dijadikan pondasi penyusunan karakter bangsa.

Hal itu disampaikan Mayjen TNI Arief Teguh I, SE, MM selaku Asintel KSAD-TNI Angkatan Darat dalam kegiatan seminar online bela negara bertajuk Penguatan Karakter Bangsa untuk Indonesia Maju, yang diadakan oleh Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawarman IPB University dan Himpunan Alumni Menwa IPB University, Rabu  (15/7).

Ia melanjutkan, peran pemimpin sebagai simbol dan teladan memiliki peran yang sangat kritis dalam memberikan edukasi kepada warga negara, dengan memberikan contoh. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, memiliki peran dalam pembangunan karakter bangsa. Pemuda sebagai character builder, character enabler, dan character engineer.

“Tergerusnya karakter positif seperti ulet, jujur, yang dibarengi tumbuhnya karakter negatif seperti malas, koruptif, menuntut pemuda untuk merespon dengan cepat. Pemuda harus menjadi pioner sebagaimana dicontohkan pemuda generasi dahulu. Mahasiswa saat ini harus bertekad menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif,” tegasnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Sementara itu, mengutip pernyataan Ir Soekarno, Presiden RI pertama, Dr Prabawa Eka Soesanta dari Direktorat Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan Kementerian Dalam Negeri, mengatakan bahwa jika suatu bangsa ingin mencapai tujuan dan cita-cita bernegara, maka syaratnya kita harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian kebudayaan indonesia. Tiga hal itulah yang dikenal dengan trisakti.

“Dulu VOC menjajah kita dengan politik pecah belah. Kenapa mereka melakukan itu? Karena kalau kita bersatu, kita bisa berdaulat. Kalau kita berdaulat, maka keadilan dan kemakmuran akan tercapai dengan sendirinya. Oleh karena itu anasir-anasir asing selalu menginginkan kita tidak bersatu dan berdaulat supaya mereka tetap bisa menikmati apa yang kita miliki,” ujarnya.

Dalam kesempatan sama, Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria menuturkan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia harus ditunjukkan dengan inovasi yang unggul. Hal itu hanya bisa dicapai dengan karakter yang kuat akan kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, dan kemampuan berjejaring. 

"Indonesia akan maju kalau kita bisa merespons perubahan dengan cepat dengan upaya extraordinary. Saatnya kita menciptakan future practice, sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Kalau kita mengacu pada best practice, maka kita akan menjadi follower. Itu adalah pilihan. Mau jadi leader atau follower,” tuturnya.

Prof Dr Sumardjo menegaskan bahwa peran perguruan tinggi dalam pendidikan bela negara menjadi penting. Pembina Menwa IPB University ini mengatakan, pendidikan bela negara perlu adaptif dan inovatif. “Kita harus mengembangkan ide bela negara dengan dinamis, aktual. Tidak dari zaman dulu sampai sekarang sama. Padahal lingkungan dan situasinya berbeda. Nilai-nilainya jelas, tapi pola, metode dan tekniknya harus beradaptasi,” katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement