Jumat 17 Jul 2020 23:35 WIB

HIndari Gula Tambahan pada Makanan Bayi dan Balita

Gula yang ditambahkan dalam makanan berbeda dengan gula alami dari buah.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan Bayi (Ilustrasi)
Foto: Womanitely
Makanan Bayi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Komite Penasihat Panduan Diet 2020 memberikan rekomendasi terkait pemberian makan bayi dan balita. Mereka menganjurkan masyarakat untuk menghindari penggunaan gula untuk makanan bayi.

"Hindari makanan dan minuman dengan gula tambahan selama 2 tahun pertama kehidupan," ujar perwakilan komite seperti dilansir di laman CNN Health, Jumat (17/7).

Energi dalam produk-produk tersebut kemungkinan akan menggantikan energi dari makanan padat nutrisi sehingga meningkatkan risiko kekurangan gizi. Selain itu, konsumsi minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan atau obesitas.

Gula yang ditambahkan dalam makanan dan minuman olahan untuk mempermanis berbeda dari gula alami yang merupakan bagian dari sepotong buah atau segelas susu. "Apel dan jeruk semuanya mengandung gula, tetapi mereka juga menyediakan serat dan nutrisi secara keseluruhan," kata dokter anak dr Steven Abrams sekaligus ketua Komite American Academy of Pediatrics tentang nutrisi.

Air susu ibu mengandung gula, tetapi penuh dengan zat untuk peningkatan kekebalan tubuh, komponen penangkal infeksi, dan merupakan kombinasi sempurna antara lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin untuk bayi.

Bagaimana dengan jus buah murni 100 persen? Jus ini tampaknya menawarkan manfaat nutrisi yang sama seperti buah utuh, namun pada kenyataannya tidak. "Jus buah, terutama untuk anak-anak di tahun pertama kehidupan adalah sumber gula tanpa banyak manfaat nutrisi. Jadi ini harus selalu dihindari," ujar Abraham.

Antara usia 1 dan 3 tahun, anak-anak sebaiknya minum jus buah 100 persen tidak lebih dari 4 ons. Komite menemukan hampir 70 persen asupan gula tambahan berasal dari lima kategori makanan yakni minuman manis, makanan penutup dan makanan ringan manis, kopi dan teh (dengan tambahannya), permen dan gula, dan sereal sarapan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, pada label makanan, gula yang ditambahkan dapat termasuk gula merah, pemanis jagung, sirup jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, madu, laktosa, sirup malt, maltosa, molase, gula mentah, dan sukrosa. Orang tua harus menghindari tambahan gula dalam makanan anak karena berkaitan kuat dengan obesitas pada masa kanak-kanak dan kondisi kesehatan kronis pada masa depan.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa rata-rata bayi mengonsumsi satu sendok teh gula tambahan sehari. Sementara, balita mengkonsumsi sekitar enam sendok teh sehari.

"Paparan nutrisi kehidupan awal telah muncul sebagai faktor risiko etiologis yang terkait dengan risiko penyakit kronis di kemudian hari," kata laporan itu.

Bagaimana dengan anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa? Komite menurunkan jumlah tambahan gula yang disarankan dari 10 persen kalori harian menjadi 6 persen, untuk orang dewasa dengan diet 2.000 kalori per hari. Artinya, kurang dari 120 kalori harus berasal dari tambahan gula setiap hari. Untuk memasukkannya ke dalam perspektif, satu kaleng soda manis mengandung sekitar 150 kalori.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement