REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pada pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahap kedua, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menyediakan layanan rapid test gratis bagi peserta pemegang Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K). Pelaksanaan UTBK tahap kedua, dilaksanakan pada 20-25 Juli 2020. Reaktif rapid test, atau negatif tes swab, menjadi syarat pelaksanaan UTBK di Kota Surabaya.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS, Adi Supriyanto mengatakan, layanan rapid test bagi peserta, dilaksanakan pada 20-24 Juli 2020 mulai pukul 07.30-12.00 di gedung Plasa dr Angka ITS.
“Layanan ini kami berikan untuk para peserta yang akan mengikuti UTBK pada tahap kedua sesuai syarat yang ditentukan,” ujarnya, Senin (20/7).
Adi melanjutkan, ITS juga menyiapkan rapid test bagi panitia dan pengawas UTBK. Pelaksanaan rapid test telah dilaksanakan mulai 17-22 Juli 2020 yang bertempat di gedung yang sama. Kurang lebih ada 40 panitia dan pengawas yang mengikuti rapid test sebagai syarat UTBK tahap kedua ini.
Adi mengatakan, pihaknya juga melakukan penambahan dan pengelolaan sampah medis, perbaikan stiker bagi peserta yang lolos check point, serta penyediaan sarung tangan dan masker bagi peserta yang tidak membawa. Diharapkan, semua peserta yang hadir bisa mengikuti UTBK yang dilaksanakan.
"Hal ini sebetulnya hampir sama dengan tahap pertama kemarin, namun kami lakukan ini demi memberikan fasilitas yang terbaik untuk para peserta," kata dia.
Adi menambahkan, pada UTBK tahap kedua, ITS juga kembali melakukan sterilisasi ruangan tempat berlangsungnya tes. "Kami lakukan sterilisasi tersebut dalam tiga kali setiap harinya yakni pagi, siang, dan sore," kata dia.
Adi menjelaskan, total terdapat 8.750 peserta. Jumlah tersebut merupakan peserta limpahan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). "Jadi sebetulnya jika peserta dari ITS sendiri sudah selesai pada tahap satu saja, namun di tahap kedua ini adalah semua peserta limpahan dari Unesa," kata dia.
Adi menjelaskan, terdapat pula tambahan 116 peserta limpahan dari tahap pertama. Para peserta tersebut meminta untuk proses relokasi dengan beberapa alasan. Di antaranya karena reaktif hasil rapid test, tidak adanya transportasi, dan tidak berani ke Surabaya sebab Surabaya termasuk zona merah Covid-19.
"Sedang dari 116 peserta tersebut, 95 peserta dinyatakan reaktif, sehingga dilimpahkan ke tahap kedua," ujarnya.