REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masifnya pertumbuhan pengguna Tiktok dari tahun ke tahun menimbulkan pertanyaan apakah para kreator konten aktif dapat melakukan monetisasi pada kanal maupun konten video pendek buatannya. Sebagai informasi, monetisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjadikan kanal atau konten sebagai sumber penghasilan.
Kepada Antara, Kamis (16/7) pekan lalu, Head of Communications Tiktok Indonesia Chatrine Siswoyo mengatakan, Tiktok tidak seperti platform lain yang menyediakan layanan seperti AdSense dan sejenisnya. Namun, tentu tak menutup kemungkinan bagi kreator untuk mendapatkan deals tertentu dengan sebuah produk atau merek dan Tiktok pun dapat menghubungkan antara kedua belah pihak.
"Tiktok itu iklannya tidak nempel di video kreator. Iklan itu berdiri sendiri. Kreator langsung kerja sama dengan brand," kata Cathrine.
Andaikan ada jenama yang ingin kerja sama kreator Tiktok, menurut Cathrine, pihaknya akan membantu menyambungkan. Dengan begitu, kedua belah pihak dapat berhubungan langsung.
Tiktok for business
Meskipun Tiktok tidak dibangun secara khusus untuk monetisasi dan menyediakan aliran pendapatan bagi para kreator, aplikasi ini sangat ramah komersial dan mendorong penggunanya secara kreatif menggunakan platform tersebut. Dikutip dari Daily Mail UK, James Whatley dari Digitas UK mengatakan bahwa cara tercepat untuk mempromosikan sebuah produk dengan cepat adalah melalui aplikasi video pendek ini.
Menyadari hal ini, Tiktok pun meluncurkan Tiktok For Business beberapa waktu lalu yang dapat digunakan pelaku bisnis kecil (UMKM) hingga besar untuk mempromosikan produknya melalui program "Back to Business".
"Pekan lalu kami meluncurkan self-serve platform untuk UMKM guna mempromosikan brand-nya di Tiktok, mengingat di masa pandemi ini yang paling terdampak adalah UMKM," kata Chatrine.
Cathrine menyebut, sudah banyak pelaku bisnis UMKM yang masuk ke Tiktok. Ia berharap, Back to Business Tiktok menjadi cara mendukung UMKM untuk menggunakan self platformnya dengan baik.