Senin 20 Jul 2020 14:52 WIB

Ilmuwan Kembangkan Sistem Baru Pendeteksi Gunung Berapi

Sistem tersebut menggunakan algoritma mesin untuk memprediksi letusan gunung berapi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Letusan gunung berapi  (ilustrasi)
Foto: Antara
Letusan gunung berapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Ilmuwan Selandia Baru telah menemukan sistem peringatan gunung berapi baru. Sistem tersebut menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis data waktu real-time agar dapat memprediksi letusan gunung berapi di masa depan.

Salah satu ilmuwan yang terlibat dalam proyek tersebut, Shane Cronin dari University of Auckland mengatakan kepada BBC bahwa sistem yang ada saat ini cenderung lambat memberikan peringatan letusan gunung berapi. Seiring dengan perubahan teknologi, maka sistem deteksi gunung berapi juga harus diperbarui.

Baca Juga

"Sistem peringatan saat ini mengumpulkan data secara real-time tetapi informasi ini perlu dinilai oleh sebuah panel, sehingga ini semua membutuhkan waktu," ujar Cronin.

Sistem peringatan baru ini telah dikembangkan sebelum terjadi letusan gunung berapi di White Island pada tahun lalu. Sebanyak 21 orang meninggal dunia ketika gunung berapi paling aktif di Selandia Baru itu tiba-tiba meletus.

Sejumlah turis diketahui sedang berada di sekitar White Island. Cronin mengatakan, letusan gunung berapi di White Island mempercepat pengembangan sistem baru tersebut.

"Ketika letusan terjadi, kami mempercepat pengembangan ini, kami seperti dikejar waktu untuk harus mengerjakannya sekarang," kata Cronin.

Cronin mengatakan, jika sistem baru tersebut telah diterapkan pada Desember lalu maka dapat memberikan informasi 16 jam lebih awal kepada pihak berwenang, sehingga bisa dilakukan antisipasi.

Badan pemantauan gunung berapi Selandia Baru, GNS Science mengatakan, sistem baru tersebut dapat berguna untuk memberikan peringatan lebih dini. Namun, Nico Fournier dari GNS Science memperingatkan bahwa sistem kemungkinan masih memiliki keterbatasan.

"Adapun secara teknis masih dalam pengembangan, itu masih berada pada tingkat ketidakpastian yang tinggi. Namun, perkembangan teknisnya masih terus dipantau," ujar Fournier kepada NZ Herald.

Ilmuwan lain yang terlibat dalam pengembangan sistem baru erupsi gunung berapi, David Dempsey mengakui bahwa sistem ini tidak seratus persen menangkap setiap letusan gunung berapi. Sistem ini meningkatkan peringatan untuk aktivitas mencurigakan yang terjadi pada gunung berapi.

"Ketika hal itu meningkatkan peringatan untuk aktivitas mencurigakan, itu tidak menjamin bahwa akan terjadi erupsi. Namun, ini merupakan peningkatan dari sistem sebelumnya yang tidak memberikan peringatan jangka pendek," kata Dempsey.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement