REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengungkapkan tiga rekomendasi terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) agar dapat berjalan dengan maksimal. Pertama, PGRI mengatakan, PJJ tidak terganggu jika guru di sekolah dan peserta didik berada di kota besar atau sekolah bonafide dan ditunjang fasilitas infrastruktur yang memadai.
"Jika memiliki serba fasilitas maka proses PJJ bisa dilakukan dengan lebih baik karena kuotanya ada dan gurunya mampu," kata Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI Dudung Koswara keoada Republika di Jakarta, Senin (20/7).
Kedua, Dudung mengungkapkan, menggunakan metode modul pada daerah dengan guru atau peserta didik yang tidak memiliki sarana dan prasarana PJJ yang memadai. Dia menjelaskan, modul dibagikan ke setiap peserta didik sehingga pembelajaran dapat dijalankan tanpa jaringan nirkabel.
Hanya, sambung dia, modul harus disusun dengan bahasa sederhana dan komunikatif agar dapat memandu siswa seacara mandiri. Dia mengatakan, hal tersebut diperlukan agar peserta didik dapat belajar meski tidak didampingi seorang guru secara langsung.
"Di situ ada anak berdialog dengna modulnya dan sekali-sekali guru bisa memantau meski dengan keterbatasan. Bisa dengan telepon atau berkunjung ke lokasi tertentu berhubungan dengan orang tua dengan protokoler kesehatan," katanya.
Ketiga, dia melanjutkan, jalur kombinasi yang merupakan gabungan PJJ dengan daring dan modul. Namun, dia menegaskan, di antara cara yang ada, semuanya tetap mengutamakan pendidikan para pelajar.
Dia menambahkan, komunikasi menjadi perkara penting dalam kegiatan belajar di tengah pandemi saat ini. Selain itu, perlu pemantuan, dampingi, apresiasi dan motivasi kepada para siswa.
Dia mengatakan, hal tersebut tetap bisa dilakukan bahkan menggunakan telepon seluler jadul yang tidak bisa dipasangi aplikasi. Dia melanjutkan, guru juga daapt melakukan silaturahmi secara periodik kepada anak didik yang memoliliki keterbatasan.
Pemerintah juga diminta untuk memberikan insentif kuota guru dan anak didik. "Jadi di dalam kesulitan, di dalam kegagaapan hari ini, di dalam ketidaksiapan semuanya maka kesehatan, semangat dan motivasi anak didik itu nomor satu sedangkan tuntutan akademik di era gagap seperti ini tidak menjadi nomor satu," katanya.
Sebelumnya, PGRI mengingatkan potensi adanya limbah pendidikan akibat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi Covid-19. Limbah pendidikan berupa generasi yang hilang itu bisa muncul kalau proses pelaksanaan PJJ tidak berjalan dengan maksimal.
Hingga saat ini, pelaksanaan PJJ masih memiliki sejumlah kendala. Misalnya, keterbatasan jaringan, kepemilikan perangkat baik laptop atau gawai pintar di antara para peserta didik terlebih di daerah, hingga kemampuan beradaptasi akan teknologi bagi para tenaga pengajar.