REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengajak akademisi dan perguruan tinggi untuk meninggalkan cara-cara lama dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan mengubah dengan pola pendekatan di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
“Cara-cara dan pola lama harus ditinggalkan sehingga semuanya menjadi efektif dan efisien,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, pada seminar nasional daring dengan tema “Peran Perguruan Tinggi di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”, yang dipantau di Jakarta, Selasa (21/7).
Menurut dia, perguruan tinggi memiliki peran penting untuk mengubah hal tersebut. Peran yang dimaksud kata dia, berupa peningkatan kesadaran mahasiswa dan masyarakat agar disiplin mematuhi protokol kesehatan COVID-19.
“Dalam penanganan pandemi ini, peran akademisi atau perguruan tinggi sangat penting dalam melakukan kajian data dan fakta di lapangan sebagai bahan pengambilan keputusan,” katanya.
Moeldoko menjelaskan, pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Untuk menangani hal ini, perlu didukung oleh semua elemen, secara bersama-sama, tidak bisa dilakukan satu pihak.
Unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, dunia usaha dan media harus bersatu membangun kebersamaan dalam penanganan COVID-19. “Inilah yang dinamakan konsep pentahelix penanganan COVID-19,” katanya.
Dalam penanganan pandemi ini, peran akademisi adalah mengkaji data dan fakta di lapangan sebagai bahan pengambilan keputusan.
Selain itu dalam penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi melakukan penelitian terkait vaksin, obat-obatan dan alat kesehatan pendukung pemulihan pasien COVID-19.
Penelitian dilakukan sebagai bahan masukan kajian pemerintah dalam mengedukasi masyarakat mengenai AKB. Adapun proses pembelajaran di masa AKB ini dilakukan secara tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat dan persyaratan kondisi yang direkomendasikan.
Selain itu, penanganan dan pencegahan COVID-19 juga terus dilakukan di lingkungan satuan pendidikan. “Pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi.”
Guru Besar Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Maria V. Roesminingsih menekankan, pendidikan dalam keluarga harus dilakukan dengan prinsip cinta dan kasih sayang. “Orangtua jangan sampai merasa bosan membimbing anak untuk menyiapkan manusia berkualitas di masa depan,” ujarnya.