REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto mengatakan, kurikulum SMK bukan hanya perlu menekankan link and match dengan perusahaan. Menurutnya, kurikulum SMK juga harus mengandung penanaman softskill untuk siswa.
"Jadi diharapkan anak-anak SMP, khususnya orang tuanya makin yakin masuk SMK. Karena lulusan SMK tidak saja hebat dalam hard skills, tapi juga hebat dalam berkomunikasi dan memiliki karakter serta budaya kerja di industri yang tinggi," kata Wikan, dalam keterangannya, Jumat (24/7).
Wikan mengatakan, dirinya mencermati masukan dari industri dan dunia kerja dalam sinkronisasi kurikulum SMK. Ia mengatakan, aspek pengembangan softskills siswa SMK masih harus ditingkatkan dengan sungguh. Misalnya, kemampuan berkomunikasi aktif, kepemimpinan, dan manajerial.
Kurikulum, menurut Wikan, adalah syarat terpenting di dalam link and match. Industri dan sekolah harus membuat kurikulum yang sesuai agar lulusan SMK nantinya dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam melihat kondisi SMK di Indonesia, Wikan melakukan sidak ke tiga SMK di Jawa Tengah. Sidak dilakukan di SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo pada Kamis (23/7).
Wikan menemukan ketiga sekolah tersebut secara kurikulum sudah sesuai dengan kebutuhan industri. Ia mengatakan, di tiga sekolah tersebut setiap tahunnya dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja.
"Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 persen di ketiga SMK tersebut," kata dia.