REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menemukan mumi dalam keadaan mulut terbuka seperti menjerit. Penelitian terbaru membuktikan mumi wanita asal Mesir berumur 3000 tahun yang meninggal dengan kondisi mulut terbuka diduga karena serangan jantung. Para peneliti menggunakan Computed Tomography (CT) scan, menemukan radang dan endapan lemak pada pembuluh darah sebagai indikasi dari serangan jantung.
Dilansir dari Live Science pada Jumat (24/7) para ahli juga menduga wanita Mesir yang menjadi mumi itu meninggal sendirian saat terkena serangan jantung. Sebab, hasil penelitian menunjukkan ada tanda-tanda rigor mortis.
Rigor mortis adalah pengerasan otot dan persendian yang dimulai satu atau dua jam setelah kematian. Keadaan ini kemudian memudar ketika tubuh mulai membusuk setelah dua hari atau lebih. Rahangnya, yang mungkin telah terbuka dalam kematian, kemudian dibekukan untuk selamanya.
Namun, dilansir Gizmodo peneliti luar skeptis dengan cerita ini. Mumifikasi adalah proses yang panjang, dan rigor mortis hanya berlangsung beberapa hari, kata seorang antropolog di Universitas McMaster, Andrew Wade
“Adalah jauh lebih mungkin bahwa pembungkus di sekitar rahang tidak cukup ketat untuk menutup mulut, karena cenderung jatuh ke posisi terbuka jika dibiarkan sendiri," kata Wade.
Sejarah mumi menjerit
Mumi itu ditemukan di Deir el-Bahari, sebuah kompleks pemakaman di seberang Sungai Nil, Luxor, pada tahun 1881. Saat pertama ditemukan terdapat nama 'Meritamun' di bagian bungkus mumi tersebut.
Para ahli menyampaikan ada beberapa putri di Mesir kuno bernama Meritamun, termasuk putri penguasa dinasti ke-17 Thebes, Seqenenre Taa II yang memerintah sekitar 1558 SM, dan putri Ramses II (juga dikenal sebagai Ramesses the Great), yang menjadi firaun pada 1279 SM.
Meritamun diketahui adalah satu dari dua mumi yang ditemukan di Deir el-Bahari dalam kondisi terlihat seperti berteriak. Mumi pertama telah diidentifikasi sebagai Pentawere, putra Ramses III yang terpaksa melakukan bunuh diri setelah diduga ikut serta dalam rencana untuk memotong tenggorokan Firaun.
Pentawere tidak mengalami pembungkusan yang baik ketika dijadikan mumi. Dia hanya dibungkus dengan kulit domba, bukan linen dan organ-organnya tidak dihilangkan. Mulut Pentawere juga dibiarkan tidak tertutup rapat.
Ahli Mesir Kuno, Zahi Hawass dan Sahar Saleem, seorang ahli radiologi di Universitas Kairo menggunakan CT, sebuah metode yang melibatkan rotasi sinar X di sekitar tubuh sehingga untuk gambar tiga dimensi mumi Meritamun. Hasil pemindaian mengungkapkan bahwa Meritamun telah dimumikan dengan baik.
Meritamun memiliki tinggi 151 sentimeter. Berdasarkan tulang dan giginya, para peneliti percaya dia meninggal pada usia 50-an. Giginya Meritamun penuh berlubang dan beberapa gigi geraham membusuk.
Petunjuk terbesar bagi kesehatan Meritamun adalah aterosklerosis yang mengganggu pembuluh darahnya. Aterosklerosis yang luas itulah yang membuat para peneliti berspekulasi bahwa Meritamun meninggal karena serangan jantung.
Namun, diagnosis ini hanya dugaan. Sebab, aterosklerosis juga dapat membunuh dengan menyebabkan stroke atau penyumbatan pembuluh darah di otak. Para peneliti akan mempublikasikan temuan mereka dalam edisi mendatang di Journal of Radiology and Nuclear Medicine Mesir.